Harga tiket pesawat kembali menghangat laksana mendengarkan kembali lagu lawas di radio, berbagai pihak pun saling melempar argumentasi serta pernyataan yang saling berkontradiksi.
Satu pihak mengatakan tidak mungkin harga tiket akan turun tahun ini, ada pula yang mengatakan akan turun sebagai kado akhir tahun, ada pula yang menyalahkan (kembali) penerapan pajak dan harga bahan bakar pesawat serta ada pula yang mengatakan harga tiket akan turun tapi akan naik sebagai imbas kenaikkan PPN dari 11%, ke 12%.
Dimana dan bagaimana suara para pengguna transportasi udara dikala mereka hanya dapat mendengar dan membaca semua argumentasi dan pernyataan dari berbagai pihak tadi serta berharap akan ada hasil nyata berupa penurunan harga tiket pesawat.
Semua argumentasi dan pernyataan (dapat) tidak sepenuhnya benar serta (dapat) tidak sepenuhnya salah, namun keputusan dari Satuan Tugas Penurunan Harga Tiket Pesawat saat ini adalah jawaban yang diharapkan oleh para pengguna transportasi udara, mengapa demikian ?.
Satu hal yang pasti karena sesuai dengan nama satgas tadi yaitu satgas penurunan harga tiket.
Akan tetapi menurunkan ataupun menyesuaikan harga tiket pesawat tidaklah mudah karena banyak sektor yang memiliki kepentingan disana, seperti pihak penyedia bahan bakar, bandara, maskapai dan tidak melupakan pemerintah dan masyarakat.
Dalam berbagai pemberitaan, kita lebih seing mendengar pernyataan dan argumentasi yang lebih mengarah kepada harga bahan bakar dan pajak sebagai biang keroknya, namun jarang kita mendengar efisiensi biaya dari pihak pihak yang melempar argumentasi dan pernyataan tadi.
Sebagai contoh adalah maskapai yang bukan sekadar sebagai penyedia transportasi udara tapi juga sebagai perusahaan yang tidak hanya memiliki sumber pemasukkan tapi juga struktur biaya -- baik itu operasional (langsung) maupun non operasional (tidak langsung).
Dan layaknya sebuah perusahaan yang menghadapi kenaikkan biaya produksi, langkah yang dapat diambil pun umumnya menaikkan harga jual, tapi ada lagi yang sebenarnya bisa dilakukan yaitu menekan biaya non operasional agar margin keuntungan dapat dipertahankan atau setidaknya tidak terdampak signifikan terhadap kenaikkan biaya produksi.
Struktur biaya maskapai bisa dikatakan sangat kompleks terlebih bila juga memiliki anak perusahaan baik yang menjalankan usaha yang sama dengan perusahaan utamanya maupun yang berbeda.