Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pesawat C 390 memiliki cargo hold melebihi dari C 130 J-30 sebagai versi stretched dari C 130J, dalam arti bahwa Embraer telah memenuhi persyaratan yang diajukan oleh Pemerintah dan Angkatan Udara Brazil untuk mempersembahkan pesawat angkut udara yang melebihi dalam hal kapasitas dari pesawat angkut yang akan mereka akan ganti.
Pesawat C 390 kini sudah dioperasikan oleh Angkatan Udara beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Korea Selatan, Hungaria, Portugal dan Austria dimana diantara negara negara ini ada yang mengambil langkah yang sama dengan Angkatan Udara Brazil yaitu mengoperasikan pesawat C 390 sebagai pengganti pesawat C 130 yang sudah menua.
Kemudian untuk menjawab mengapa Boeing sangat tertarik membeli Embraer setelah melihat potensi dari pesawat C 390, kita perlu melihat perjalanan Boeing yang memang kerap melakukan langkah seperti ini, contohnya merger dengan McDonnell Douglas yaitu untuk melengkapi jajaran produknya yang mereka belum miliki termasuk pesawat angkut militer yang mereka dapatkan setelah merger yaitu pesawat C 17 Globemaster III yang diproduksi oleh McDonnell Douglas.
Boeing perlu melengkapi produknya pada pesawat angkut berbadan sedang untuk bersaing dengan Lockheed Martin dengan pesawat legendarisnya C 130, karena pada angkut strategik Boeing telah memiliki C 17 Globemaster III untuk bersaing dengan Lockheed Martin C 5 Galaxy, tidak hanya itu Boeing juga melihat Airbus telah memiliki dua jenis pesawat airlifter yaitu Airbus A 400M Atlas di kelas strategik dan taktikal serta C 295 untuk angkut ringan dan sedang.
Namun proposal pembelian Embraer tidak dilanjutkan pada tahap realisasi karena Pandemi serta berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Boeing, mulai dari keluarga B 737 (MAX) hingga ke proses produksi pada seluruh produk mereka.
Satu hal yang menarik adalah pasar aviasi militer memang tidak bisa dipandang sebelah mata oleh para pabrikan pesawat karena pangsa pasarnya pun cukup menjanjikan, mengapa demikian ?
Penerbangan militer umumnya dilihat hanya dari satu jenis pesawatnya saja yaitu pesawat tempurnya, hal ini sangat wajar mengingat pesawat tempur dapat melambangakan kekuatan udara sebuah negara.
Namun misi dan operasi dengan pesawat pada penerbangan militer tidak saja pada pertahanan ataupun menjaga kedaulatan udara saja tetapi juga misi dan operasi lainnya seperti angkutan logistik dan personnel. Disinilah peran dari pesawat angkut (airlifter) dalam mendukung misi dan operasi angkut militer tersebut, baik dalam keadaan perang maupun keadaan damai.
Angkutan logistik pada penerbangan militer bukanlah berupa pendistribusian barang melainkan bisa berupa perpindahan peralatan dan perlengkapan militer satu satu pangkalan ke pangkalan lainnya, dan jika dalam keadaan damai logistik berupa pengiriman bantuan ke daerah daerah yang terdampak oleh bencana alam (humanitarian mission).
Dengan berbagai macam misi dan operasi serta jenis logistiknya maka terdapat pula jenis pesawat angkut yang dapaf disesuaikan dengan kebutuhan, seperti pada pembagian berupa pesawat angkut ringan, sedang dan berat, terdapat pula pembagian sesuai misi angkutan serta area cakupan tanggung jawabnya atau Area of Responsibility (AOR) yaitu taktikal dan strategik.
Kita sudah mengenal banyak jenis pesawat angkut militer dari pabrikan pesawat militer seperti Lockheed Martin dengan pesawat legendaris C 130 Hercules, C-295 yang dahulunya oleh Cassa (kini Airbus), Antonov dengan AN-225 Myra (kini telah tiada), Lockheed Martin C 130 dan C 5 Galaxy.