" Dan kau, lilin-lilin kecil
Sanggupkah kau berpijar?
Sanggupkah kau menyengat
Seisi dunia?"
Masih ingat sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan oleh almarhum Chrisye? Ternyata manusia sangat berharap banyak dari lilin, tidak hanya untuk menerangi tapi juga untuk menentukan waktu.
Coba kita bayangkan bagaimana rasanya hidup di mana tidak ada jam, arloji, atau cara lain untuk mengetahui waktu? Sebagian orang mungkin menikmatinya karena bisa bangun kapan saja kita mau! Asik gak, tuh? Tapi, pertimbangkan juga hal ini -- karena terlambat bangun, kita kehilangan waktu sahur. Bagaimana kalau kesiangan setiap hari selama sebulan kita berpuasa? Wah, kalau sudah begini gak asik lagi, deh!
Lilin ternyata telah digunakan untuk mengukur waktu - dan membangunkan orang - selama berabad-abad. Cara kerjanya sangat sederhana namun keren.
Candle Clock atau jam lilin dikenal sebagai pengatur waktu, adalah perangkat yang menggunakan laju pembakaran lilin untuk menentukan berapa lama waktu telah berlalu. Jam lilin dalam bentuknya yang paling dasar terdiri dari lilin, pegangan atau dudukannya, dan tanda yang disematkan pada lilin atau di pegangannya untuk menunjukkan jumlah waktu.
Jam lilin bekerja berdasarkan prinsip bahwa tingkat pembakaran lilin relatif konsisten, menjadikannya metode pengukuran waktu yang cukup andal. Lilin yang terbakar dengan kecepatan konstan dan memberikan tanda pada lilin atau pegangannya secara berkala, seperti setiap setengah inci, untuk menunjukkan berapa lama waktu telah berlalu.
Jam lilin diperkirakan berasal dari Tiongkok kuno, dengan referensi tercatat pertama kali muncul dalam puisi Tiongkok yang ditulis oleh You Jiangu pada tahun 520 Masehi. Digunakan untuk melacak berlalunya waktu selama upacara keagamaan di sana. Lilin dinyalakan pada awal upacara dan dibiarkan menyala hingga mencapai titik tertentu, setelah itu upacara diakhiri.
Metode pengukur waktu ini sangatlah sederhana namun efektif. Jam lilin juga digunakan orang-orang Mesir kuno untuk mengukur panjang waktu atau hari. Mereka akan menyalakan lilin saat matahari terbit dan menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan lilin untuk menyala hingga titik tertentu. Ini memungkinkan mereka menghitung panjang waktu atau hari dengan tepat.
Desain jam lilin yang terkenal rumit diciptakan oleh Al-Jazari, seorang insinyur dan polymath Muslim abad ke-12. Ia menggunakan sistem katrol dan pemberat untuk mengubah pembakaran lilin yang terus menerus menjadi waktu yang dapat dibaca pada dial didepannya. Selain itu, ia juga menciptakan jam berbasis air yang melacak pergerakan astrologi.
Selama Abad Pertengahan, jam lilin juga digunakan di Eropa, misalnya oleh para biarawan yang menggunakannya untuk mengatur waktu berdoa dan upacara keagamaan lainnya. Desain sederhana juga digunakan di koloni Amerika selama abad ke-18 untuk mengukur waktu antara matahari terbit dan terbenam, memungkinkan petani mengetahui kapan harus memulai dan mengakhiri hari kerja mereka.
Metode penunjuk waktu ini digunakan setidaknya hingga abad ke-18. Jam lilin, selain untuk menampilkan waktu, juga bisa berfungsi sebagai jam alarm, dengan lilin bertindak sebagai mekanisme alarm. Nyala api secara bertahap akan memudar dari waktu ke waktu sebelum padam sendiri dan membunyikan alarm.
Desain paling dasar, juga digunakan di era Romawi Kuno, yakni dengan menempatkan lilin di atas tatakan terbuat dari logam serta menusukkan paku logam ke dalam lilin pada interval yang telah ditentukan. Saat lilin mencapai tingkat leleh yang diinginkan, paku akan bergemerincing jatuh ke atas tatakan logam, membangunkan orang tersebut. Ini mungkin pengganti yang paling sederhana untuk kokok ayam jantan.
Jadi, bukan tidak mungkin lilin dijadikan sarana untuk membangunkan orang sahur pada jaman dahulu kala.
Di Milan, Museo Poldi Pezzoli Italia, kita dapat melihat desain abad ke-17 yang lebih kompleks. Jam alarm lilin ini merupakan jam yang mewah dan mutakhir pada masanya, dengan mekanisme alarm yang akan berbunyi pada waktu tertentu, dipicu oleh lilin yang terbakar.
Percaya atau tidak jam lilin masih disukai hingga saat ini, bahkan semakin populer dikalangan banyak orang untuk berbagai alasan. Harganya pun tidak murah. Jinenstore.com misalnya membandrol jam lilin dengan harga US$ 150,00 per-unitnya, atau sekitar dua jutaan rupiah.
Efek menenangkan dari nyala api lilin yang berkedip-kedip adalah salah satu keuntungan menggunakan jam alarm lilin. Banyak orang berpendapat lilin memiliki cahaya yang lebih lembut daripada sinar yang dikeluarkan oleh jam alarm tradisional, atau sinar dari tampilan digital. Selain itu, pembakaran lilin secara bertahap dapat digunakan sebagai isyarat visual untuk berlalunya waktu, menimbukan relaksasi dan memudahkan pengguna untuk tidur.
Ramah lingkungan dari jam alarm lilin adalah keunggulan lainnya. Jam alarm lilin sepenuhnya ditenagai oleh lilin dan tidak menggunakan listrik atau baterai apa pun, berbeda dengan jam alarm konvensional yang menggunakannya.
Jam lilin juga berfungsi sebagai pengingat akan waktu yang lebih sederhana ketika kehidupan diukur dengan laju pembakaran lilin. Ini mungkin alasan utama mengapa jam lilin terus memegang tempat khusus di hati banyak orang.
Widz Stoops, PC-USA, 03.24.23
Referensi : Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H