Hingga suatu hari Rokhaya memperkenalkan Om Jajay ke Ani. Tidak lama setelah perkenalan itu, Ani dan Ibunya pindah ke tempat yang sedikit lebih baik, sebuah bangunan liar di pinggiran kali di bilangan Jakarta Timur.
Rumah itu dibangun oleh Om Jajay, dihadiahkan untuk Ani dan Rokhaya. Terbuat dari susunan kayu dan kardus bekas sebagai dindingnya. Om Jajay juga tinggal di sana bersama mereka.
Sejak Om Jajay tinggal di situ, Ani kembali dirundung temannya, Ani anak pelacur! Begitu cemoohan mereka. Tidak tahan dibuli, ia kembali merengek pada ibunya, meminta penjelasan akan siapa sebenarnya Om Jajay itu.
"Om Jajay itu Om kamu, ia orang baik. Tidak ada orang yang mau menolong kita kecuali Om Jajay. Kamu harus menghormatinya" begitu Rokhaya menjelaskan kepada Ani.
Ani percaya itu. Siapa lagi orang yang bakal ia percaya kalau bukan ibunya? Saudara pun Ani tak punya.
Om Jajay memang lelaki tangguh. Buktinya, beberapa kali ia mampu membangun ulang rumah mereka, yang kadang hancur karena banjir atau digusur Pemda.
Pemda adalah satu-satunya musuh bebuyutan Rokhaya. Baginya, Pemda perusak kebahagiaan mereka. Rokhaya menyebutnya, PKI!
Ani sendiri tidak tahu apa arti sebenarnya PKI. Ia cuma mengerti istilah itu dari ibunya. PKI, Perusak Kesenangan Insan manusia.
Ani percaya itu. Siapa lagi orang yang bakal ia percaya kalau bukan ibunya? Saudara pun Ani tak punya.
Sore itu selepas bekerja, Rokhaya pergi keluar bersama Om Jajay. Entah mengapa, mereka tidak memperbolehkan Ani ikut serta.
"Kamu diam-diam di rumah, nanti malam kita bakar roti dan kembang api. Kita rayakan malam tahun baru bersama"