The 1886 Crescent Hotel and Spa terletak di titik tertinggi di daerah yang menghadap ke Eureka Springs dan Pegunungan Ozark, negara bagian Arkansas. Hotel ini mulai dibangun pada tahun 1885 oleh seorang arsitek bernama Isaac L. Taylor. Seorang pekerja bangunannya yang berasal dari Irlandia, Michael, saat sedang menjalankan tugas jatuh terjerembab di tempat yang kemudian menjadi kamar 218. Nyawanya tidak tertolong, ia menghembuskan nafas terakhirnya di situ.
The Grand of Lady of The Ozark, begitu julukan hotel ini mulai beroperasi tahun 1886. Sayangnya setelah beberapa tahun harus ditutup karena keuangan yang tidak lagi memadai.
Namun tahun 1908, hotel kembali dibuka menjadi sekolah yang bernama Crescent College and Conservatory for Young Women. Lagi-lagi karena masalah keuangan, tempat ini ditutup tahun 1924. Kemudian pada tahun 1930 hingga 1934 dibuka kembali sebagai sekolah perguruan tinggi meski akhirnya sekolah itu ditutup dan dirubah fungsinya menjadi hotel musim panas.
Tahun 1937, Norman Baker membeli properti tersebut dan menjadikannya sebagai tempat penyembuhan pasien kanker. Karena tuduhan penipuan dan malpraktik, tempat ini ditutup tahun 1939. Norman Baker resmi divonis tahun 1940 dan dijatuhi hukuman empat tahun penjara.
Byfield, Constantine, Nichols dan Shutter, menjadi pemilik baru tempat ini di tahun 1946 dan mengembalikan fungsinya semula sebagai hotel. Semenjak itu Hotel Crescent beberapa kali berganti kepemilikan.
The 1886 Crescent Hotel and Spa yang masuk dalam daftar tempat bersejarah nasional Amerika ini masih mempertahankan karakter era Victoria, tidak hanya menyimpan segudang sejarah di baliknya tetapi juga dianggap sebagai salah satu tempat paling angker di seluruh Amerika Serikat.
Kejadian-kejadian aneh tidak hanya dialami oleh karyawan Hotel tetapi juga oleh para tamu yang datang menginap di sana.
Pada tahun 1987, seorang tamu mengaku melihat perawat di lorong hotel sedang mendorong brankar tengah malam. Setelah mencapai tembok, perawat itu tiba-tiba menghilang. Tamu-tamu lain juga mengatakan melihat Norman Baker, salah satu yang pernah memiliki tempat ini yang dengan kejam membodohi serta membunuh begitu banyak pasien kanker dengan malpraktiknya.
Kamar 218 tempat Michael, pekerja dari Irlandia yang mati karena terjatuh saat pembangunan Hotel terbukti menjadi kamar paling sering dihantui. Menurut para tamu yang menginap di kamar ini, mereka menyaksikan tangan-tangan keluar dari cermin kamar mandi, tangisan orang jatuh dari langit-langit, pintu terbuka lalu dibanting menutup, tidak bisa dibuka lagi.
Anehnya, aktivitas menyeramkan itu justru malah membuat kamar 218 banyak diminati. Hampir setiap tamu pemesan kamar secara khusus meminta untuk ditempati di kamar 218 hanya untuk mendapat kesempatan digerayangi hantu.
Lobi dan aula juga tidak luput dari hantu-hantu ini. Banyak orang mengatakan melihat seorang pria paruh baya berkumis duduk di lobi dan kadang-kadang di area bar. Dia hanya duduk diam dan kemudian menghilang secara tiba-tiba.
Suatu musim liburan ketika Crystal Dining Room ditutup, pohon Natal megah dengan kado-kado Natal di bawahnya dipindahkan dari satu ujung ruangan ke ujung lainnya. Keesokan paginya karyawan menemukan pohon dan kado-kado tersebut sudah kembali berpindah ke tempatnya semula.
Di lain waktu ketika seorang karyawan datang pagi hari untuk membersihkan dining room, ternyata ruangan itu sudah dalam keadaan rapi kecuali menu makanan yang tersebar di seluruh meja di ruangan tersebut. Saat karyawan tersebut melihat ke cermin besar di antara pintu dari ruang makan ke dapur, ia melihat seorang pria dan wanita dalam pakaian kuno era Victoria saling berhadapan seperti sedang melangsungkan pernikahan. Pengantin pria kemudian menoleh ke arah karyawan tersebut dan mata mereka saling bertemu, tapi kemudian pasangan pengantin itu menghilang.
Karyawan tersebut mengundurkan diri keesokan harinya.
Aktivitas paranormal lain yang sering dilaporkan adalah penampakan wanita berpakaian pesta era Victoria terlihat berdansa saat ruangan tertutup dan gelap. Pada dini hari seorang pria berpakaian kuno duduk di meja dekat jendela sambil berkata, "Saya melihat wanita sangat cantik berdansa di sini tadi malam dan sekarang saya sedang menunggunya kembali."
Norman Baker, sang dokter gadungan yang kemudian meninggal pada tahun 1958 juga pernah terlihat penampakannya di lobi hotel Dia terlihat mengenakan kemeja ungu dan setelan linen putih dan perawat yang sering terlihat mendorong brankar konon tinggal di area bekas kamar mayat saat Norman Baker masih menjalani malpraktik di sana.
Seorang petugas kebersihan hotel pernah menyaksikan semua mesin cuci dan pengering secara misterius menyala di tengah malam. Ruang cuci terletak di sebelah bekas kamar mayat yang masih berisi meja otopsi dan ruangan pendingin.
Karyawan pembersih kamar melaporkan bertemu "Theodora" di kamar 419, ia memperkenalkan dirinya sebagai pasien kanker Norman Baker. Setelah bertegur sapa dengan karyawan itu "Theodora" kemudian menghilang.
Steve Garrison, juru masak di hotel, mengatakan mengalami dua kejadian aneh. Suatu pagi, saat mengiris dan memotong sayuran, dia melihat seorang anak laki-laki berkacamata mengenakan pakaian dan celana kuno, melompat-lompat di dapur. Pagi lainnya, Garrison datang dan menyalakan lampu untuk memulai persiapan hari itu tiba-tiba ia menemukan semua panci dan wajan tidak lagi rapi tergantung.
Sepasang suami istri yang kebetulan menginap di kamar yang pernah ditempati Clayton Powell, Gubernur Arkansas era 1800-an mengatakan di malam kedua mereka tidur di kamar itu menggunakan selimut tipis. Saat sang suami terbangun tengah malam, ia menyadari bahwa seseorang telah menyelimuti mereka dengan selimut tebal. Dan itu terjadi tiga malam berturut-turut.
Pada suatu sore di awal musim semi, dua orang tamu memesan kamar 221. Saat keluar dari lift di lantai dua, mereka langsung bertemu seorang pria mengenakan "pakaian era Victoria serba hitam". Sambil tersenyum, pria itu bertanya apakah mereka butuh penunjuk jalan untuk mencari kamar mereka atau tidak. Mengira orang itu adalah karyawan hotel, mereka mengiyakan. Pria tersebut lalu mengantar dua orang tamu itu ke kamar 221. Setibanya di sana, ia lalu meminta kunci kamar mereka untuk membantu membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk.
Saat kedua tamu itu masuk, pria itu tetap berada di luar pintu sambil tersenyum, dan memiringkan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Mereka lalu menyadari bahwa belum memberikan uang jasa kepada pria itu. Akhirnya, satu dari mereka bergegas mengambil uang dari dalam tasnya, tetapi ketika kembali untuk memberikan sejumlah uang, pria itu telah pergi.
Malam harinya mereka keluar untuk pergi makan, tapi saat mereka kembali untuk masuk ke kamar 221, kunci pintunya tidak mau bergerak. Mereka kemudian turun ke resepsionis, dan melaporkan bahwa kunci kamar rusak. Setelah memperhatikan dengan seksama, staff resepsionis menyatakan bahwa telah terjadi kesalahan pada saat check in, karena entah bagaimana kunci yang diberikan kepada mereka adalah kunci kamar 321, bukan kunci kamar 221
Kedua tamu itu semakin bingung dan mengatakan bahwa kunci tersebut berfungsi baik saat seorang karyawan yang mengantar mereka menggunakannya untuk membuka pintu kamar. Dengan gemetar mereka menggambarkan ciri-ciri karyawan tersebut.
Mendengar itu, staf resepsionis mengernyitkan alisnya dan mengkonfirmasikan bahwa tidak ada satupun orang seperti yang mereka gambarkan bekerja di hotel itu. Hiiiyyy ...
Widz Stoops, PC-USA, 12.8.2022
Maljum : Negara Bagian Arkansas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H