Kapten Henry Clay Reynolds adalah salah satu pendukung utama perguruan tinggi ini. Maka tidak heran jika Kapten Henry Clay Reynolds menjadi Presiden pertamanya.
Empat lantai asrama utama dibangun dan siap ditempati oleh para mahasiswi pada musim gugur tahun 1897. Pada tahun 1899, sudah ada sekitar total 400 mahasiswi di sana.
Sebagai tanda penghormatan, gedung yang dulunya bangunan rumah sakit diubah namanya menjadi Reynolds Hall. Sayangnya, Kapten Reynolds kemudian diminta mengundurkan diri dari jabatan Presiden ketika ditemukan bukti bahwa para siswi mengirim uang kuliah langsung kepadanya lalu ia gunakan untuk investasi pribadi.
Pada tahun 1907, seorang pria pendatang, Thomas Waverly Palmer menggantikan Reynolds Hall. Setelah permintaan untuk program pelatihan guru menjadi jelas, Palmer melembagakan program pelatihan guru yang lebih ambisius, dan berkembang selama bertahun-tahun lamanya.
Girl on Fire
Condie Cunningham adalah salah satu siswi yang tinggal di lantai 4 Asrama Utama. Suatu malam, tepatnya tanggal 4 February 1908 Condie dan teman-temannya menggunakan kompor untuk membuat susu cokelat panas di kamarnya. Tentu saja ini melanggar aturan, tapi Condie dan teman-teman tidak menghiraukan aturan tersebut.
Mereka semua sedang duduk di tempat tidur Condie, saat seseorang secara tidak sengaja menendang kompor. Tempat tidur Condie Cunningham terbakar, begitu pula baju tidur yang dikenakannya. Condie mulai panik. Ia berlari mondar-mandir menyusuri lorong dan berteriak-teriak minta tolong.
Aksi yang dilakukan Condie ini justru malah mengipasi api. Api berkobar semakin besar, melahap tubuhnya. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Teman-temannya hanya bisa menyaksikan dengan ngeri saat Condie akhirnya pingsan. Tubuhnya terbakar hangus. Nyawa Connie Cunningham tidak tertolong, ia meninggal dua hari setelah kejadian yang na’as itu.
Sejak kematiannya, arwah Condie Cunningham menghantui lantai 4 asrama utama. Banyak Siswa yang tinggal di lantai itu melaporkan telah mendengar jeritan seorang gadis yang mengerikan bergema di lorong-lorong. Ada juga yang mendengar langkah kaki berjalan mondar-mandir di lorong, saat tidak ada orang di sana. Beberapa bahkan mendengar suara seorang gadis menangis dan berteriak “tolong aku”
Pernah suatu malam, seorang gadis yang pernah tinggal di kamar lama Condie mendengar suara-suara di luar. Dia terkejut saat membuka pintu dan melihat sosok terbakar di lorong, tubuhnya menghitam, api terlihat berkobar di seluruh tubuh, seperti layaknya obor manusia.
Ketika gadis itu kembali ke kamarnya, dia melihat tempat tidurnya sudah terbakar. Langsung keesokan paginya, dia meninggalkan Universitas dan tidak pernah kembali