Di akhir pekan lalu saya kedatangan seorang sahabat, Michelle. Saya mengenalnya cukup lumayan lama. Michelle mempunyai selera humor yang tinggi dan boleh dikatakan hampir tidak pernah membicarakan hal-hal serius, terutama dengan saya.
Mungkin karena inilah saya selalu mendambakan pertemuan dengannya. Humor segarnya membantu menjernihkan suasana di kepala.
Tapi kunjungannya ke rumah saya kali ini berbeda, ia datang untuk meminta pendapat saya tentang masalah bau. Michelle tidak sedang bercanda! Dia benar-benar ingin berdiskusi tentang kasus bau!
Di tempatnya bekerja, Michelle mengepalai lima orang Team Leader. Salah satu dari mereka, sebut saja John mengatakan bahwa anak buahnya, Ron (bukan nama sebenarnya) mengeluarkan bau yang tidak sedap dan sangat mengganggu kenyamanan orang-orang di sekitarnya.
Masalahnya, dalam keseharian Michelle tidak pernah bekerja langsung bersama Ron, jadi ia sendiri tidak menyadari akan adanya masalah ini dan tidak dapat menggambarkan bau tersebut.
Menurut John, sebagai Team Leader ia telah mencoba untuk memberitahukannya kepada Ron, namun tidak ada perubahan.
Di mata Michelle, Ron selalu terlihat rapi, jadi untuk menanyakan apakah dia mencuci pakaiannya dengan bersih sepertinya tidak mungkin.
Michelle kemudian bertanya pada saya bagaimana cara terbaik menyampaikan masalah ini tanpa menyinggung perasaan Ron.
Hal seperti ini merupakan salah satu area terberat dan paling sensitif yang harus dihadapi seorang atasan, tetapi mau tidak mau, memang harus dihadapi.
Saya memberi masukan kepada Michelle untuk menanyakan kepada John agar lebih spesifik dalam membicarakan masalah bau tersebut. Dari mana asal bau itu, apakah dari mulutnya? Badannya? Kakinya? Atau pakaiannya?
Ketika John mengadukan hal ini, apakah ada aduan dari orang lain juga? Jika ada, berapa orang? Karena bisa saja satu atau dua orang itu kebetulan mempunyai indra penciuman yang sangat sensitif dan aduan tersebut tidak berarti mewakili keseluruhan anggota Tim.