"Eh, Hujannya udah berhenti, kita duduk-duduk dulu yuk!" ajak Billy sambil menunjuk ke sebuah warung tenda. Aku mengangguk perlahan. Tak mungkin aku menolak ajakannya.
Warung tenda terlihat sepi, hanya ada dua pasang sejoli sedang menunggu pesanannya. Billy memilih tempat duduk di ujung kursi panjang, agak jauh dari dua sejoli tersebut.
"Kamu sepertinya gak doyan kopi susu, ya? Terus kamu sukanya apa dong?" Tanya Billy sambil menghusap tetesan air hujan yang jatuh di atas rambutku.
Mulutku kembali terkunci, pertanyaan sederhananya seperti rumus fisika yang tak pernah kumengerti. Hari ini bagiku masih terasa seperti mimpi. Billy yang berperawakan tinggi, berkulit putih, ganteng dan digandrungi cewek-cewek di sekolah itu kini berada disampingku.
"Ok deh Yan, kalau aku duluan yang ngasih tahu kamu apa yang aku suka, kamu mau gag janji untuk kasih tahu aku apa yang kamu suka? tanya Billy lagi,
"Iya, deh" jawabku perlahan.
"Yang aku suka itu ...hmmm ... kamu!
Tiba-tiba saja perutku terasa sakit, mataku berkunang-kunang. Aku tak bisa bernafas. Tanganku terasa sangat lemah dan tak sanggup lagi memegang gelas kopi susu. Sayup-sayup kudengar suara "Prang..!
Widz Stoops- PC, USA November 16, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H