Senja baru saja undur diri
Saat purnama genit menyapa malam
Pelanggan mulai berdatangan
Hiburan hati adalah harapan
Lelaki paruh baya berdasi, denganku duduk bersebelahan
Seperti kemarin, ceritanya selalu seputar pekerjaan
Ia berkata " Bisakah membawakan sebuah lagu? Dari Phantom of The Opera? Iramanya sedih tapi membuat berdiri bulu kudukku, mengingatkanku akan seorang gadis di masa lalu"
Ozzy sang bartender adalah karibku
Kerap bermain video game untuk membunuh waktu
Kepandaiannya membuat pelanggan mabuk tak diragukan lagi
Tapi kebodohannya memilih kawan hidup sering terulangi
Dia berkata "Pekerjaan ini sesungguhnya tidak tepat untukku"
Sementara matanya melirik wanita bersepatu hak tinggi
" Aku yakin bisa menjadi pekerja kantoran, masalahnya tinggal tunggu panggilan!"
Tepat di depanku itu si Borah, makelar penjual rumah
Akhir-akhir ini ia ingin menulis buku, entah apa iapun belum tahu
Berada di sebelahnya, si Eddy yang katanya sutradara
Tapi filmnya harus tertunda karena kurang dana
Dan para pramusajipun hinggap dari meja ke meja, berharap dapat tips tinggi
Politikus yang juga hadir di sana, berusaha mengusir lelah dengan gengsi
Membelikan minuman untuk semua perempuan kesepian
Walau tahu mereka akan pulang sendiri tanpa ada yang menemani
Tempat ini memang tidak sesepi kemarin malam
Maklum, hari ini banyak orang yang gajian
Bahkan Manager melemparkan senyum padaku tidak karuan
Katanya, Akulah magnet Bar ini! Petikan senarku sirami nurani terdalam
Di telinga mereka, gitarku mengalun bak orkestra biru
Dan kunyanyikan semua lagu yang kutahu
Para pendengarku memeluk minumannya layak soulmate malam itu
Beberapa terlihat menitikkan air mata sendu
Widz Stoops. 11/5/2020 - PC / USA
Note : Puisi pernah tayang di blog SKB dengan judul berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H