Tiba di rumah, kak In punya tugas menyetrika baju kami.
"Baju yang kalian pakai mesti harus selalu terlihat bersih dan licin! Jangan bikin malu emak!" Itu pesan emak kepada kami. Emak memang selalu menjaga “image”nya sebagai kuli cuci-setrika.
Sementara tugasku setibanya dari sekolah adalah menyapu rumah. Selesai itu kami mandi. Emak marah kalau kami masih terlihat kucel saat dia pulang.
Tiba di rumah, emak langsung masak untuk makan malam. Selesai makan aku dan kak In belajar, entah itu mengerjakan PR dari sekolah atau sekedar mengulang materi yang sudah diajarkan.
Begitulah kegiatan kami sehari-hari. Rutin. Bisa ditebak. Terus terang, kadang cukup membosankan bagiku. Tapi mau gimana lagi? Emak menginginkan kehidupan yang simple.
"Kita hidup gak perlu neko-neko!" Begitu nasehatnya pada kami suatu hari.
Aku sendiri tidak begitu paham apa yang emak maksud dengan kehidupan neko-neko. Tapi aku tidak berani bertanya ke emak. Akhirnya aku jalani saja rutinitas yang ada, terima apa adanya.
Aku dan kak In boleh di bilang hampir tidak punya teman. Aku tahu ini semua gara-gara aku. Saat istirahat di sekolah aku menghabiskan waktu istirahat bersama kak In. Selesai sekolah kami langsung pulang dan tidak pernah keluar rumah.
"Kak In ingat ya, kamu harus terus jaga dan awasi adikmu Digo ..!" Aku pernah mendengar emak mengatakan itu kepada kak In.
Dulu hidup kami tidak seperti ini. Meski emak cuma tamat SD, tapi emak bekerja di pabrik konveksi dan punya gaji tetap. Aku dan kak In dulu juga sering bergaul dengan banyak orang dan punya banyak teman. Tapi itu semua berubah. Gara-gara aku!
Tidak seperti anak-anak pada umumnya, memang ada yang janggal pada diriku. Aku sangat tahu itu, karena aku merasakannya. Walau aku sendiri tidak tahu mengapa aku merasakan apa yang kurasakan. Aku sering melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat. Aku sering mendengar sesuatu yang orang lain tidak dengar.