Suatu sore saat menikmati panasnya kopi dan pisang goreng, tiba-tiba aku mendengar tangisan Brian salah satu keponakanku yang memecahkan telinga. Melihat itu adikku, Bapaknya Brian pun geram.
"Kenapa sih? Kamu cengeng banget!"
"Dipukul abang!" Jawab Brian dengan tangis yang semakin menjadi.
"Abang Tito! Sini kamu! Kenapa adiknya dipukul?" Teriak adikku kesal.
"Habis, Abang lagi main, mainannya direbut adik Brian!" Sahutnya tidak mau disalahkan.
"Kan Bapak sudah bilang kalau main harus gantian! Kalau enggak, bapak ambil mainannya, biar gag ada yang bisa main lagi!" Tegas adikku.
Tito sang kakak terdiam, begitu juga adiknya Brian langsung menghentikan tangisnya, ancaman tidak bisa main lagi seolah seperti dunia akan kiamat.
"Kalau mau mainan ini, kalian berdua harus baikan dulu! Sumpah gag akan berantem lagi! Ayo baikan!" Ujar adikku kepada kedua anaknya.
Tito sang kakak kemudian menyodorkan kelingking kanannya kepada Brian adiknya. Aksi itu disambut oleh Brian dengan menyodorkan kelingking kanannya juga. Kelingking mereka kemudian saling berpautan satu sama lain selama setengah detik. Lalu mereka berdua saling bergandengan untuk kembali main bersama-sama.
Selidik punya selidik ternyata sumpah kelingking itu sudah melanglang buana sejak dahulu kala. Di mulai dari Jepang, dikenal dengan sebutan Yubikiri yang artinya potong jari. Dan sering juga dikonfirmasi dengan sumpah "Pemotongan jari, sepuluh ribu pukulan tinju, siapa pun yang berbohong harus menelan ribuan jarum".
Yubikiri genman, uso tsuitara hari senbon nomasu. Yang artinya jika anda memiliki kebohongan, anda akan menemukannya.
Gerakan saling memautkan jari kelingking mungkin terkait dengan kepercayaan orang-orang Asia Timur yang berasal dari legenda di China dimana jodoh terhubung oleh takdir benang merah yang diikat pada masing-masing jari kelingking mereka.
Dua orang yang terhubung oleh benang merah adalah jodoh yang ditakdirkan, terlepas dari tempat, waktu, atau keadaan. Tali merah ajaib ini bisa meregang atau kusut, tetapi tidak pernah putus.
Salah satu cerita legendaris Cina yang cukup terkenal sehubungan dengan takdir benang merah adalah: Ada seorang anak laki-laki sedang berjalan pulang suatu malam, ia melihat seorang lelaki tua (Yue Xia Lao atau Dewa Perjodohan) berdiri di bawah sinar bulan.
Lelaki tua itu menjelaskan kepadanya bahwa jodohnya sudah terikat dan ditakdirkan dengan benang merah. Yue Xia Lao menunjukkan anak laki-laki itu, seorang gadis muda yang ditakdirkan untuk menjadi istrinya..
Karena masih sangat muda dan tidak tertarik memiliki istri, anak muda itu mengambil batu dan melemparkannya ke gadis itu, yang kemudian melarikan diri. Bertahun-tahun kemudian, ketika anak lelaki itu tumbuh menjadi seorang pemuda, orang tuanya mengatur pernikahan untuknya.
Pada malam pernikahannya, istrinya menunggu di kamar mereka, dengan kerudung tradisional menutupi wajahnya. Saat lelaki itu mengangkat kerudungnya, betapa senangnya dia mengetahui bahwa istrinya adalah wanita tercantik di desanya.
Namun, dia memakai perhiasan di alisnya. Laki-laki itupun bertanya mengapa dia menutupi alisnya dengan perhiasan dan istrinya menjawab bahwa ketika masih muda dulu, seorang anak laki-laki melemparkan batu ke arahnya sehingga meninggalkan bekas luka di alisnya.
Istrinya tidak lain adalah gadis muda yang sama terhubung ke lelaki itu oleh benang merah yang ditunjukkan kepadanya oleh Yue Xia Lao di masa kecilnya, membuktikan bahwa mereka terhubung oleh takdir benang merah.
Di Korea Selatan, saling memautkan kelingking disertai dengan "segel" di mana saat kelingking masih berpaut , ibu jari saling menyentuh.
Pinky, pinky bow-bell,
Whoever tells a lie
Will sink down to the bad place
And never rise up again.
Yang artinya kira-kira begini :
Pinky, pinky bow-bell,
Siapa pun yang berbohong
Akan tenggelam ke tempat yang buruk
Dan tidak pernah bangkit lagi.
Lalu bagaimana sumpah kelingking kalau dilihat dari segi hukum? Berikut yang aku kutip dari website reddit.com. "Terlepas dari penggunaan kelingking, janji atau sumpah dapat dianggap sebagai kontrak lisan dalam kondisi yang tepat. Kontrak lisan benar-benar mengikat secara hukum. Tapi bagaimanapun, anda tidak bisa merusak kelingking seseorang karena melanggar kontrak".
Di zaman modern, sumpah kelingking bukan lagi merupakan cara yang formal untuk menyatakan janji. Paling umum hanya ada di antara anak-anak usia sekolah dan teman dekat.
Sumpah kelingking menandakan janji yang tidak pernah bisa dilanggar, tapi sumpah kelingking hanya bisa dibuat jika ada pemahaman yang jelas di kedua belah pihak. Jika tidak ada pemahaman yang jelas maka janji kelingking mungkin akan batal.
Sumber: Wikipedia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H