Mohon tunggu...
Widiya Sari
Widiya Sari Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa/S1 Akuntansi/Universitas Dian Nusantara/NIM 121202075

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Apollo M.S1.AK, - Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus Moral Deontologi, Teleologis dan Praktik Akuntansi

26 Desember 2023   21:27 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:33 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

prezi.com
prezi.com

prezi.com
prezi.com

Diskursus Moral Deontologi, Teleogi Kantian dan Praktik Akuntansi 

 

  • Moral Deontologi

Diskursus mengenai moralitas, khususnya dalam kerangka deontologi, telah lama menjadi fokus perhatian para filsuf dan akademisi. Teori ini memaksakan pada kewajiban atau aturan moral yang mutlak sebagai panduan utama dalam pengambilan keputusan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi prinsip-prinsip deontologi dan menghubungkannya dengan aplikasi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari.

Diskursus mengenai moralitas dalam konteks teori akuntansi membawa kita pada pemahaman bahwa etika memainkan peran krusial dalam praktik akuntansi. Deontologi, sebagai teori etika yang menekankan pada kewajiban dan aturan moral Tentu saja, dapat diterapkan dalam berbagai aspek akuntansi, terutama dalam cakupan keuangan. Artikel ini akan membahas prinsip-prinsip deontologi dalam teori akuntansi, menggali pemaknaannya dalam praktik akuntansi, dan memberikan referensi sumber artikel terkait.

  • Dasar- Dasar Deontologi

Deontologi berasal dari kata Yunani "deon," yang berarti "kewajiban." Teori ini dikenal dengan pandangan bahwa tindakan itu sendiri memiliki sifat moral, dan kebenaran atau kejahatannya tidak hanya ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensinya. Dalam deontologi, dipenuhi pada aturan moral dan kewajiban menjadi hal utama. Immanuel Kant, salah satu pemikir terkemuka dalam deontologi, menegaskan bahwa kehormatan dan integritas etis muncul dari kewajiban yang diemban tanpa memperhitungkan hasil akhir yang mungkin terjadi.

Pada Deontologi dalam teori akuntansi mengacu pada penekanan pada kepatuhan pada aturan dan prinsip moral yang menerapkan praktik akuntansi. Pengungkapan keuangan yang jujur dan transparan, sebagai contoh, mencerminkan aspek deontologis yang menuntut akuntan untuk mematuhi kewajiban moralnya tanpa mempertimbangkan hasil akhir yang mungkin terjadi.

  • Teleologi Kantian : Pandangan Konsekuensialisme dalam Etika Kantian

Teleologi Kantian, juga dikenal sebagai konsekuensi akhir Kantian, adalah suatu perspektif etika yang menilai kebenaran atau keburukan tindakan berdasarkan pada konsekuensi akhir yang dihasilkan. Meskipun Immanuel Kant dikenal sebagai pendukung deontologi, pandangannya tentang teleologi Kantian memberikan dimensi tambahan terhadap pemahaman etika Kantian. Artikel ini akan membahas prinsip-prinsip teleologi Kantian dan menghubungkannya dengan konsep etika dalam karya Immanuel Kant.

Teleologi Kantian mengutamakan hasil akhir sebagai faktor penentu moralitas suatu tindakan. Meskipun terlihat kontras dengan pandangan deontologi Kantian, teleologi Kantian memberikan ruang bagi pertimbangan hasil akhir dalam konteks pengambilan keputusan moral. Bagi Immanuel Kant, kebebasan dan kebahagiaan adalah tujuan moral yang dapat dicapai melalui tindakan-tindakan yang sesuai dengan kewajiban moral.

  • Kategori Akhir dan Konsekuen akhir Kantian:

Dalam teleologi Kantian, konsep "kategori akhir" mengacu pada tujuan akhir moralitas yang diinginkan. Teleologi Kantian mendorong pertimbangan konsekuensi akhir yang sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Hal ini melibatkan analisis apakah suatu tindakan dapat mencapai tujuan akhir moral tanpa melibatkan kontradiksi.

  • Kebebasan dan Kebahagiaan sebagai Tujuan Moral

Teleologi Kantian menekankan bahwa tindakan moral harus menghasilkan kebebasan dan kebahagiaan, bukan hanya kepatuhan pada kewajiban moral. Pandangan ini memberikan dimensi utilitarianisme pada pemikiran Kant, di mana hasil akhir tindakan dinilai berdasarkan kebahagiaan yang dihasilkan.

  • Teleologi dalam Konteks Etika Bisnis

Penerapan teleologi Kantian dalam etika bisnis menciptakan ruang untuk pertimbangan konsekuensi akhir dalam keputusan bisnis. Bagaimana suatu perusahaan memaksimalkan keuntungan atau mencapai pertumbuhan dapat dinilai secara moral berdasarkan dampaknya pada kebebasan dan kebahagiaan para pemangku kepentingan.

  • Studi Kasus Teleologi Kantian dalam Pengambilan Keputusan Kontemporer

Melibatkan studi kasus dalam konteks keputusan moral kontemporer membantu mendemonstrasikan penerapan teleologi Kantian dalam praktik sehari-hari. Kasus-kasus ini dapat mencakup pertimbangan etika dalam teknologi, kebijakan lingkungan, atau keputusan investasi.

  • Prinsip kategori deontologi Kantian

Salah satu konsep utama dalam deontologi Kantian adalah Kategoris Imperatif, yang merupakan suatu perintah moral yang bersifat mutlak dan berlaku untuk semua orang, tanpa kecuali. Kant menyatakan bahwa untuk menilai tindakan secara moral, kita harus bertanya apakah tindakan tersebut dapat dijadikan pelajaran hukum umum. Jika suatu tindakan tidak dapat di universalisasi tanpa kontradiksi, maka tindakan tersebut dianggap tidak etis.

  • Pengaruh Immanuel Kant dalam Etika Akuntansi

Immanuel Kant, seorang filsuf utama dalam teori deontologi, memberikan dasar filosofis yang dapat diterapkan dalam etika akuntansi. Konsep kategoris imperatif Kantian, yang menuntut bahwa aturan etis dapat di universalisasi, menciptakan dasar untuk prinsip-prinsip moral yang harus diikuti oleh para akuntan dalam pengambilan keputusan dan pengungkapan keuangan.

  • Pengungkapan Keuangan sebagai Kewajiban etis

Dalam kerangka deontologi, memperlihatkan keuangan dipandang sebagai kewajiban etis yang harus dijalankan oleh perusahaan dan akuntan. Hal ini mencakup keterbukaan penuh mengenai kondisi keuangan perusahaan, risiko-risiko yang dihadapi, dan kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi pemangku kepentingan.

  • Kepatuhan pada Standar Akuntansi

Standar akuntansi internasional dan nasional menyediakan kerangka kerja yang memandu praktik akuntansi. Deontologi menekankan bahwa pemenuhan standar ini adalah suatu kewajiban moral yang harus dipastikan dipegang teguh oleh para akuntan untuk keterbukaan dan keakuratan informasi keuangan.

  • Bandingkan dengan peningkatan alisme

Dalam membahas deontologi, sering kali kontrasnya dibuat dengan konsep konsekuensialisme, yang menilai kebenaran tindakan berdasarkan konsekuensi akhir yang dihasilkan. Pembandingan ini membantu menggambarkan perbedaan inti antara mematuhi kewajiban dan fokus pada hasil akhir.

  • Mengintegrasikan Moralitas dalam Praktik Akuntansi: Membangun Kepercayaan dan Integritas 

Praktik akuntansi memiliki dampak yang signifikan pada keturunan dan reputasi perusahaan. Ketika perusahaan memilih untuk menyatu dengan moralitas dalam praktik akuntansinya, hal itu bukan hanya tentang mematuhi aturan dan regulasi, tetapi juga tentang membangun fondasi etis yang kokoh. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana praktik akuntansi dapat menyatu dengan moralitas, menciptakan pemaparan pada nilai-nilai etika dalam setiap tahapan proses akuntansi.

  • Transparansi dan Jujur dalam Pengungkapan Keuangan:

Penerapan moralitas dalam praktik akuntansi diwujudkan melalui transparansi dan kejujuran dalam pengungkapan keuangan. Pengungkapan yang jelas dan akurat menciptakan dasar kepercayaan bagi pemangku kepentingan, termasuk investor, karyawan, dan mitra bisnis. Ketika praktik akuntansi didasarkan pada nilai-nilai moralitas, perusahaan tidak hanya memenuhi kewajiban hukum, tetapi juga membangun reputasi yang kuat.

  • Audit Etis: menafsirkan Keberlanjutan Integritas

Praktik akuntansi yang menyatu dengan moralitas menuntut audit yang etis. Seorang auditor yang mengamati prinsip moral akan menghindari konflik kepentingan, memastikan hilangnya integritas, dan memberikan laporan yang adil dan akurat. Audit etis menciptakan landasan kepercayaan bagi semua pihak yang bergantung pada informasi keuangan perusahaan.

  • Manajemen Konflik Kepentingan: Pengambilan Keputusan Beretika

Manajemen konflik kepentingan adalah komponen penting dari praktik akuntansi yang beretika. Para profesional akuntansi harus mampu mengidentifikasi, mengelola, dan mengungkapkan konflik kepentingan dengan jelas. Ini memastikan bahwa keputusan yang diambil tidak hanya mematuhi aturan, tetapi juga mencerminkan kewajiban etis untuk mengambil tindakan dalam kepentingan yang terbaik.

  • Pengembangan Karyawan dan Budaya Organisasi: Etika dalam Tindakan Sehari-hari

Praktik akuntansi yang menyatu dengan moralitas diterjemahkan melalui pengembangan karyawan dan penciptaan budaya organisasi yang etis. Pelatihan etika, standar perilaku, dan pelatihanetisadalah langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa setiap individu dalam organisasi memahami dan menerapkan prinsip-prinsip moralitas dalam setiap tindakan mereka.

  • Studi Kasus: Integrasi Moralitas dalam Keputusan Keuangan

Melibatkan studi kasus nyata membantu menjelaskan bagaimana moralitas menyatu dalam praktik akuntansi. Kasus-kasus ini dapat mencakup situasi di mana perusahaan dihadapkan pada dilema etis dalam pengungkapan keuangan, manajemen risiko, atau pengambilan keputusan investasi Sumber

  • Membentuk Masa Depan Etis Akuntansi

Dalam dunia yang terus berubah, praktik akuntansi yang fokus pada moralitas menjadi semakin penting. Membentuk bahwa praktik akuntansi menyatu dengan moralitas bukan hanya tanggung jawab etis, tetapi juga investasi jangka panjang dalam keinginan bisnis dan integritas profesi akuntansi

Integrasi moralitas dalam praktik akuntansi membangun dasar yang kuat untuk kepercayaan dan kesejahteraan jangka panjang. Selain itu, hal ini membantu membentuk masa depan di mana praktik akuntansi tidak hanya dianggap sebagai kumpulan tugas teknis, tetapi juga sebagai profesi yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dalam semua aspeknya.

Kesimpulan

Diskursus mengenai moralitas dalam teori akuntansi, khususnya dengan pendekatan deontologi, menggambarkan bahwa praktik akuntansi tidak hanya sekedar mengikuti aturan teknis, tetapi juga mendasarkan pada kewajiban etis. Melalui penerapan prinsip-prinsip deontologi, akuntansi tidak hanya menjadi suatu kumpulan prosedur teknis, tetapi juga sebuah profesi yang memegang prinsip teguh etis dalam setiap tindakannya. Dengan demikian, teori deontologi memberikan landasan etika yang kokoh bagi praktik akuntansi yang dapat dipercaya dan dapat dipercaya.

Diskursus mengenai moralitas dalam kerangka deontologi menyoroti pentingnya kewajiban moral dalam pengambilan keputusan. Melalui prinsip-prinsip seperti Kategoris Imperatif Kantian, deontologi memberikan dasar yang kuat bagi individu dan organisasi untuk bertindak dengan integritas etis. Penerapan teori ini dalam konteks bisnis menuntut pemimpin untuk mempertimbangkan nilai-nilai etis dalam setiap langkahnya, memastikan bahwa kepatuhan pada kewajiban moral menjadi panduan utama dalam setiap keputusan yang diambil.

Pada Teleologi Kantian memberikan kontribusi berharga terhadap keragaman pemikiran dalam etika Kantian. Meskipun Kant terkenal dengan deontologinya yang kuat, pandangan teleologi Kantian memperkaya perspektifnya dengan mengakui pentingnya konsekuensi akhir dalam penilaian moral. Melalui pemahaman ini, kita dapat lebih baik mengapresiasi kompleksitas dan nuansa dalam etika Kantian, yang memberikan panduan moral dalam berbagai konteks dan pengambilan keputusan.

Sumber Artikel:

Walton, P. (1993). "Etika Deontologis dan Akuntansi."

Shaub, M.Oke. (1994). "Konflik dariminat di dalamAuditprofesi:gambaran."

Gramling, AA, & Schneider, AX (2003). "AuditoretisAlasan: Wawasan darimasa lalu risetdan Implikasinya bagimasa depan."

Weaver, GR, & Trevio, L.k. (1999). "Itu dampak dari moral pengelolaan pada Organisasi  pertunjukan: Adisiplin melihat."

Wallace, WA (1994) "Etika Akuntansi : Itspentingnyake Akuntansi karier."

Kant, I. (1785). Dasar dari Metafisika Moral. Perpustakaan Filsafat koleksi. Harper & Baris.

O'Neill, O. (1989).struktur dari alasan: Eksplorasi Kant realistis Filsafat. Cambridge Universitas Tekan.

Beau champ, TL, & Bowie, NE (2004).moral konsep Dan perusahaan. Pearson Prentice koridor.

Mill, JS (1861). Utilitarianisme. Parker, Putra, dan Bourn.

Walton, P. (1993). Etika Deontologis dan Akuntansi. penting dilihat tentang Akuntansi,4(2), 113-138.

Arnold, PJ, & Ponemon, LA (1991). Audit, konsultasi, dan independensi auditor. Cakrawala Akuntansi,lima(empat), 29-39.

Anggur, G., & Hamilton, J. (2009). Sebuah deontologis teknik terhadap etika akuntansi. Akuntansi pendidikan, 18(empat-5), 445-459.

 Kohlberg, L. (1981). Filsafatetis peningkatan: moral derajat dan itu konsep  Keadilan. Harper & Baris.

IASB (internasional Akuntansi standar Papan). (2018). Kerangka Konseptual untuk ekonomis Pelaporan. IFRSdasar.

Murphy, PE, Laczniak, GR, Bowie, NE, & Klein, TA (2005).moral pemasaran. Pearson Prenticekoridor.

Guyer, P. (1989). Kant and the Claims of Taste. Harvard University Press.

Wood, A. W. (1999). Kant's Ethical Thought. Cambridge University Press.

Hill, T. E. (2002). Human Welfare and Moral Worth: Kantian Perspectives. Oxford University Press.

Werhane, P. H. (1998). Moral Imagination and Management Decision-Making. Oxford University Press.

Bowie, N. E. (1991). Challenging the Bottom Line. Business & Professional Ethics Journal, 10(4), 47-64.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun