17 April 2019. Kurang seminggu lagi, rakyat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi. Pesta yang 5 tahun sekali selalu dinanti-nanti oleh rakyat Indonesia. Pesta yang 5 tahun sekali  rakyat Indonesia berkepentingan untuk  menggaungkan suaranya. Pesta yang 5 tahun sekali akan menentukan nasib rakyat Indonesia untuk 5 tahun kedepan.Â
Di tangan rakyat Indonesia, ada 2 pilihan yang akan menentukan kehidupan mereka (tentu saja jika golput bukan pilihan). Di tangan merekalah, Indonesia akan kembali dipimpin oleh Presiden Jokowi dengan kelanjutan  janji-janji beliau 5 tahun yang lalu, atau Indonesia akan dipimpin oleh Pak Prabowo, dengan janji-janji barunya untuk 5 tahun ke depan.
Setidaknya, sejak Agustus 2017 sampai sekarang, KPU telah dan masih memiliki tugas yang sangat berat dalam rangkaian  pelaksanaan pemilu 2019 ini. Dimulai dari penyusunan program dan anggaran,  sampai  nanti saatnya tiba pada pengucapan sumpah dan janji untuk calon-calon yang terpilih.Â
Tidak sedikit tantangan dan kritikan yang harus dihadapi KPU dalam menjalankan perannya sebagai lembaga penyelenggara pemilu yang independen. Tahapan penyelengaraan Pemilu 2019 dapat diakses pada laman  kpu.go.id
Tentu saja  ada banyak kisruh dan konflik  yang terjadi sepanjang pelaksanaan tahapan pemilu 2019 ini. Setidaknya, ada beberapa catatan yang perlu penulis highlight terkait pilpres 2019  :
Penetapan Koalisi Parpol Pengusung Capres.
Sejauh catatan penulis, penetapan koalisi parpol adalah salah satu yang sempat menjadi perbincangan sengit baik di berbagai media ataupun di kalangan elite. Tarik ulur partai demokrat dalam memutuskan pilihan koalisinya, antara ikut mendukung salah satu capres yang sudah terlebih dahulu dideklarasikan PDIP dan Gerindra, atau membuat poros baru dari kadernya sendiri.Â
Jokowi yang terlebih dahulu resmi diusung oleh beberapa parpol yaitu PDIP, Golkar, PPP, Nasdem, dan Hanura telah memenuhi syarat pencalonan capres, dengan perolehan kursi di DPR sebanyak 290 kursi. Sementara Prabowo yang pada awalnya hanya diusung oleh Gerindra, kemudian akhirnya resmi diusung oleh PKS dan PAN, dengan perolehan sebanyak 162 kursi. Jumlah yang sudah lebih dari cukup untuk Prabowo memastikan diri sebagai Calon Presiden 2019-2024, dari minimal kursi DPR yang dibutuhkan adalah 112.Â
Yang tak kalah seru adalah pemilihan cawapres untuk Jokowi dan Prabowo. Banyak nama yang dari awal digadang-gadang akan mendampingi sang petahana dan penantang akhirnya gugur satu persatu oleh KH.Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. Sebut saja mantan Ketua MK MAhfud MD, yang konon sudah siap untuk dideklarasikan sebagai cawapres mendampingi Pak Jokowi. Akan tetapi, Â di detik detik terakhir harus merelakan bangku Cawapres kepada KH Ma'ruf Amin. Jokowi lebih memilih cawapres dari tokoh agama dibandingkan sosok nasionalis seperti Mahfud.Â
Cebong Vs Kampret
Bagi yang aktif di dunia maya terutama twitter, mungkin istilah cebong ataupun kampret sudah tak asing lagi. Kedua istilah ini sudah begitu sering menjadi trending topic  di berbagai platform sosial politik di Indonesia.Â
Istilah bagi para pendukung kedua kubu ini, muncul dan kemudian viral begitu saja di jagad maya. Sebutan cebong bagi pendukung Jokowi kemudian dibalas dengan sebutan kampret bagi pendukung Prabowo.Â
Bukannya adu gagasan untuk visi misi negara kita kedepannya, pendukung masing-masing kubu malah adu tagar di sosial media. Indonesia masih harus belajar banyak dari negara-negara lainnya yang sukses melalui pemilu dengan adu ide dan gagasannya dengan bantuan sosial media seperti Australia, Norwegia dan Amerika.
Ratna Sarumpaet Hoax
Peristiwa lain yang cukup membuat media heboh adalah kasus penganiayaan kepada  salah satu tim BPN Prabowo-Sandi, Ratna Sarumpaet yang belakangan diketahui menyebar berita bohong. Seniman dan juga aktivis sosial ini sempat membuat krasak krusuk di berbagai media termasuk di medsos. Hal ini berhubung sedang memanasnya berita persekusi terhadap orang-orang yang dianggap  kontra  terhadap pemerintahan sekarang dalam menggaungkan tagar #2019gantipresiden.
Berita tentang penganiayaan Ratna Sarumpaet begitu cepat tersebar melalui media sosial. Berita tersebut seakan menambah daftar panjang persekusi terhadap orang-orang yang dianggap kontra pemerintahan Jokowi (sebut saja Neno Warisman, Ahmad Dhani, dan Ustadz Felix Xiauw).Â
Dilansir dari nasional.tempo, setelah  mendapat reaksi dari  pihak berwajib dan berbagai elite politik seperti Fadli Zon, Amien Rais, Dahnil Anzhar Simanjuntak dan bahkan oleh Prabowo sendiri,  Ratna kemudian menagakui bahwa gambar wajah lebamnya yang beredar itu bukan karena penganiayaan akan tetapi gambar saat dia menjalani operasi sedot lemak di pipi. Ratna mengaku gambar itu awalnya hanya dibagikan untuk membohongi  anaknya.
Akibat kebohongannya, Ratna Sarumpaet harus mempertanggung jawabkan perbuatannya di balik jeruji besi sebagai tersangka kasus penyebaran berita hoax, dan diminta  untuk mengundurkan diri dari BPN oleh Prabowo.
Penangkapan Ketua Umum PPP sekaligus Dewan Penasihat TKN Jokowi-Ma'ruf di Surabaya (15/3/2019) dalam Operasi Tangkap Tangan KPK, juga menjadi peristiwa  yang cukup menyita perhatian publik. Pasalnya,  selama ini  Romahurmudziy  dikenal sangat lantang menyuarakan kepemimpinan Jokowi yang bersih. Alumni Teknik Fisika ITB ini adalah sosok politisi muda yang sangat dekat dengan Jokowi dan aktif membagikan kedekatannya  di sosial media.Â
Keterlibatan Rommy, begitu dia biasa dipanggil, sebagai tersangka dalam kasus jual beli jabatan di lingkup Kemenag, cukup menambah daftar panjang pimpinan partai berlambang Ka'bah yang terjerat rasuah. Sebelumnya, Surya Dharma Ali juga terjerat kasus korupsi dana haji semasa masih menjabat sebagai Menteri Agama di era kepemimpinan SBY.
Kampanye Terbuka Paslon 01 dan 02
Satu hal yang  menarik dari Kampanye terbuka ini adalah meluapnya massa di kubu paslon 02 di setiap kampanye terbukanya di berbagai tempat. Seperti di Papua misalnya, dan Jawa Tengah yang selama ini diketahui sebagai basis suara Jokowi di  Indonesia Timur dan Jawa . Selain itu, kampanye akbar paslon 02 yang digelar di GBK (Minggu 07/04/2019), semakin mengesahkan tumpah ruahnya pendukung paslon 02 pada pemilu 2019 ini. Kampanye akbar di GBK, diclaim sebagai kampanye terbesar sepanjang sejarah Politik RI. Kampanye akbar yang sempat mendapat teguran oleh SBY melalui surat ini, juga mempertontonkan model dan format kampanye yang berbeda dari biasanya. Fakta tentang Kampanye Akbar Prabowo-Sandi ini lebih  lengkap di nasional.kompas.com
Sementara ini, Kampanye terbuka kedua kubu masih akan terus berlangsung hingga 13 April mendatang. Semoga kampanye terbuka ini, bisa menawarkan hal-hal positif dan gagasan-gagasan cerdas untuk para calon pemilih. Sehingga pilihan untuk "golput" tidak akan menodai sistem demokrasi yang mulai terbangun kokoh di negara kita Republik Indonesia.Â
Salam, Â and say no to Golput