Bulukumba, 23 Maret 2019
Tentang kelas Inspirasi, sebenarnya saya sudah mengenalnya sejak kuliah di Yogyakarta tahun 2016. Kegiatan positif yang dirintis oleh salah  satu tokoh idola saya bapak Anies Rasyied Baswedan ini, selalu sukses membuat saya kagum dan terharu menyaksikan kegiatan  yang diposting oleh teman-teman di sosial media.Â
Selalu ada keinginan untuk jadi volunteer di kelas inspirasi Jogja dulu. Tapi yah, memang belum pernah kesampaian. Selain karena di Jogja studinya begitu hectic untuk sekedar jadi relawan, untuk jadi inspiratorpun yah saya masih belum pede, lha wong saya masih belum ada pekerjaan tetap waktu itu.
Keinginan itupun akhirnya  terwujud setelah saya putuskan untuk kembali ke derah saya tercinta, Bulukumba. Selain untuk mengisi waktu dengan hal-hal positif selagi nunggu SK CPNS dan panggilan kerja di Kampus, akhirnya saya bisa mengikutinya.Â
Yapppph,, saya tak tahu apakah  di luar sana kegiatan ini masih berjalan atau masih se-hits di awal-awal pengadaannya. Yang pasti, bagi saya ini hal baru, dan Alhamdulillaah, di daerah saya antusiasme para relawan masih sangat besar.
Berawal dari melihat postingan teman di sosial media, saya mencoba untuk mendaftarkan diri. Oleh karena pendaftaran yang dibuka hanya tersisa inspirator, fotografer dan videografer, maka saya memilih untuk jadi inspirator dikernakan saya tidak mempunyai alat dokumentasi yang memadai heheeh.Â
And finally, setelah diumumkan maka diadakanlah briefing di ruang pola Kantor Bupati Bulukumba. Selain mendapatkan gambaran umum tentang kegiatan ini, di acara Briefing inilah kita bisa saling mengenal antar relawan, dan pastinya tempat dan teman-teman setim kita di hari inspirasi.
H-1 hari inspirasi, kami teman-teman relawan pun berangkat ke tempat sasaran  di Dusun Assi Pettungnge, Desa Kambuno, Kec. Bulukumpa. Truely, speachless to see the other side of Bulukumba. Saya memang asli kelahiran Bulukumba, tapi datang ke tempat sejauh ini, membuat saya berpikir Ya Allah sudut apa saja di daerahku yang belum pernah saya lihat.Â
Tempatnya sangat jauh menerobos hutan dan persawahan. Untungnya, akses kesana cukup lancar jika dengan kendaraan pribadi. Jalannya mulus, meski tanjakan, tikungan tajam, dan tepi jalan yang disuguhi dengan hijaunya sawah dan hutan di kanan kiri.Â
Akan tetapi, mendekati tempat yang akan kami tuju, rumah-rumah warga mulai padat. Yaah meski belum sepadat di kota atau desa-desa lainnya di Bulukumpa.
Tiba di tempat tujuan, kita akan disuguhi oleh suhu udara yang sangat dingin, Â pohon-pohon manggis, langsat, rambutan, dan durian yang semua berbuah lebat.Â
Terus terang, bisa saya katakan tempat ini adalah surga buahnya Bulukumba. Beneran deh, saya rasa semua penduduk mempunyai pohon manggis di depan rumahnya.Â
Pohon rambutan, pohon langsat, durian, pala, pete, ya Allaah dan semuanya berbuah lebaaat, sayangnya saya lupa memotretnya. Tapi tenang semua kerekam kok di memori otak saya. Â Â
Saya yakin, apa yang mereka miliki di desa mereka ini, adalah balasan atas kebaikan-kebaikan mereka. Kalau ada yang berminat ke sana, mungkin bisa dilihat di gpsnya : https://goo.gl/maps/ENTUzDNetdy
Dimulai dari membersihkan halaman sekolah bersama, senam, belajar dan bermain bersama, bagi-bagi hadiah untuk anak-anak, menuntun mereka menulis dan menempelkan cita-cita mereka di pohon cita-cita, dan akhirnya menikmati hidangan ketupat dan buah-buahan.Â