Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ayah, Guru Penyelesaian Masalah Terbaik

12 November 2018   18:02 Diperbarui: 21 Oktober 2020   15:25 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"A father is a someone you look up to no matter how tall you grow". 

Jika negara lain umumnya memperingati Hari Ayah pada 19 November, masyarakat Indonesia merayakannya pada 12 November, tepat hari ini. 

Membicarakan tentang ayah rasa-rasanya tak pernah lepas dari campur tangan perasaan di dalamnya. Hari ini, didedikasikan spesial untuk berterima kasih kepada ayah atas jasanya yang luar biasa. Sudah berterima kasih?

Ayah mungkin tidak lebih dekat dengan kita dibanding ibu, namun bukan berarti ayah tidak peduli. Kesibukannya mencari nafkah lah yang membuat ayah sering kali berada di luar rumah. Selain berjasa memenuhi kebutuhan rumah dan uang jajanmu, ayah juga berperan penting terhadap tumbuh kembang, kepribadian, dan kecerdasan anak.

Melansir CNNIndonesia, Psikolog keluarga, Mira Amir mengungkapkan bahwa ayah berperan secara signifikan untuk meningkatkan inteligensi pada anak perempuannya. Sementara pada anak laki-laki, ayah adalah role model yang bakal ditiru oleh anak lelakinya lantaran memiliki jenis kelamin yang sama.  Berkat peran ayah lah kemampuan anak dalam mengolah masalah meningkat.

Sebagai laki-laki, berpikir logis dan mampu mencari solusi atas sebuah permasalahan adalah kemampuan andalan ayah. Secara otomatis, kemampuan ini akan menular ke anak-anaknya, sehingga mereka lebih bisa menghadapi masalah dengan penyelesaian yang lebih efektif seperti ayah.

Karena peran ayah tersebut, anak akan menjadi orang yang yang tidak gampang putus asa dan lebih bijak dalam menentukan solusi atas suatu permasalahan. Selain itu, sosok ayah yang tegas juga bisa membuat anak menjadi pemberani dan nggak takut mencoba hal baru.

Sebagai anak satu-satunya, ibu saya sering kali melarang saya melakukan banyak hal, seperti ke luar kota ramai-ramai dengan teman, naik gunung, bahkan dulu jam 9 malam belum sampai rumah saja sudah mengomel  panjang lebar. Tapi tidak dengan bapak. 

"biarin aja" katanya singkat.

Saya hidup jauh dari orang tua. Mereka di Batam, sementara saya di Semarang. Pernah suatu ketika waktu bapak nelepon, saya bilang kalau uang pegangan saya menipis. Kalau sama ibu sudah pasti langsung dikirim, tapi bapak dengan santainya bilang "pakai yang ada dulu". Saya paham betul nada bicara bapak waktu bercanda.

Waktu itu saya memang sedikit gelisah, namun bagaimana lagi. Saya mencari akal supaya uang yang tinggal selembar Antasari cukup untuk memenuhi kebutuhan perut, paling tidak sehari. Dan saya berhasil makan 2 kali dengan uang yang biasanya untuk makan sekali saja tidak cukup.

Esok harinya, bapak nelepon lagi, menanyakan apakah uangnya sudah diambil atau belum. Gantian saya yang bingung, "memang bapak sudah transfer?". 

Dengan santai bapak bilang sudah kirim uang sejak tiga hari yang lalu.

Saya mendengus kesal namun lega. Bapak cuma mau lihat saya tetap bisa makan walaupun nggak pegang uang. Bapak percaya saya bisa. Sampai sekarang, saya jadi nggak mudah panik kalau menghadapi masalah kecil semacam itu.

Contoh itu hanya sebagian kecil dari banyaknya peran seorang ayah bagi anak-anak dan keluarganya. 

Mumpung hari ayah, yuk bikin ayah seneng! Secangkir teh hangat yang menyambutnya di meja saya rasa cukup romantis untuk mengukir selengkung senyum di wajahnya yang lelah setelah seharian bekerja hari ini.

Terima kasih, Bapak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun