Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kapan Sebaiknya Kita Memeriksakan Mata?

31 Oktober 2018   16:42 Diperbarui: 31 Oktober 2018   17:08 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The eye is the mirror of the soul". Mata adalah cermin yang memancarkan aura dari dalam jiwa seseorang. Tanpa banyak kata dan gestur,  kita seolah bisa menangkap apa yang terpikir dalam benak seseorang melalui sorot matanya. Namun, terlepas dari ungkapan bijak nan puitis yang baru saya tulis pada kalimat pertama, mata merupakan indera penglihatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa mata, kita seperti hidup tanpa penerangan. 

Jika kamu salah satu photography enthusiast yang mengagumi kamera beresolusi tinggi dengan lensa yang canggih, sepertinya kamu perlu melihat kecanggihan yang lain. Canon 5DS R beberapa tahun lalu digadang-gadang menjadi seri kamera dengan resolusi tertinggi, yaitu mencapai 50 megapixel. Padahal kamera DSLR dengan resolusi 24 megapixel saja saya rasa sudah bagus. Canggih, bukan? Tapi ternyata ada yang lebih canggih dari kamera tersebut, yaitu mata kita. Mata yang kita miliki secara gratis ini memiliki resolusi setara 576 megapixels! Luar biasa!

Tanpa perlu memutar lensa, mata kita sudah dilengkapai fitur manual maupun autofokus. Hanya saja, mata tidak  bisa membidik objek, namun bekerja selayaknya video recorder yang bergerak untuk melakukan update image secara kontinyu untuk dikirimkan ke  otak.

Sebagai salah satu organ penting yang berada di  luar tubuh, mata bisa dibilang tangguh. Mata dilengkapi dengan kelopak yang bisa terbuka dan tertutup untuk melindunginya. Organ penglihatan ini tidak akan serta merta terasa sakit jika kamu menggunakannya terlalu keras. Paling-paling hanya muncul gejala seperti berair dan kemerahan.

Hal ini lah yang membuat kita sering kali lupa untuk memeriksakan kesehatan mata. Padahal, secara tidak sadar kita sering 'menyiksa' mata kita dengan kegiatan-kegiatan sepele seperti bermain gawai terlalu lama, membaca dengan jarak terlalu dekat, hingga menguceknya dengan keras jika terasa gatal.

Di sisi lain kita bisa begitu protektif menjaga kesehatan bagian tubuh lain, seperti kulit wajah misalnya. Jerawat muncul satu saja sudah sebegitu paniknya. Padahal seyogyanya, mata juga menjadi organ yang kesehatannya harus diutamakan. Selain mengonsumsi makanan bervitamin A yang baik untuk mata, pemeriksaan mata juga menjadi upaya yang perlu dilakukan untuk mengetahui  bagaimana kondisi kesehatan mata secara medis.

Umumnya kita hanya akan memeriksakan kesehatan mata jika sudah merasa ada yang tidak beres dengan mata kita, seperti gejala mata minus hingga mata bengkak. Padahal, sama dengan check up kesehatan, memeriksakan mata juga perlu dilakukan secara rutin, terutama bagi mereka yang mengalami gangguan kesehatan mata. Melansir CNNIndonesia, ahli kesehatan mata, dr. Rina La Distia Nora, mengungkapkan bahwa pemeriksaan juga perlu dilakukan pada usia 40 tahun atau pada penderita penyakit mata maupun risiko penyakit mata lain, riwayat diabetes, glukoma, dan AMD.

Mengenai gangguan penglihatan, secara umum, gangguan penglihatan disebabkan oleh banyak faktor, seperti glukoma, katarak, dan gangguan refraksi yang tidak terkoreksi.  Gangguan refraksi tersebut misalnya miopia atau rabun jauh yang biasanya terjadi karena menatap layar layar terlalu lama dengan jarak yang terlalu dekat. Kondisi ini lah yang biasa  kita kenal dengan mata minus, sehingga penderita harus menggunakan kacamata untuk membantu penglihatannya.

Sementara pada usia 65 tahun ke atas, ada baiknya melakukan pemeriksaan mata secara rutin 1-2 tahun sekali, mengingat orang berusia lanjut rentan terkena wet AMD atau degenerasi makula tipe  basah. Degenerasi makula adalah gangguan mata yang mempengaruhi kemampuan untuk melihat terkait dengan usia. Gangguan ini merupakan penyebab utama kebutaan. Selain usia, riwayat genetik dan kurangnya asupan makanan yang mengandung vitamin, zink, dan antioksidan juga menjadi faktor yang memicu terjadinya degenerasi makula basah.

Tak hanya orang dewasa dan lanjut usia saja yang wajib melakukan pemeriksaan mata. Anak-anak juga. Paling tidak sebelum memasuki masa sekolah, anak-anak perlu diperiksakan kesehatan matanya sebanyak tiga kali, yakni enam bulan hingga setahun pertama bila tak ada gangguan, sekali dalam setiap enam bulan jika memiliki risiko, dan pada saat anak berusia 2-3 tahun hingga menjelang usia sekolah dasar. Rina melanjutkan bahwa anak-anak mencapai kematangan pada matanya ketika sudah menginjak usia 6-7 tahun. Maka, alangkah baiknya untuk menjalani proses screening pada anak sebelum usia itu.

Anak-anak yang mengenakan kacamata di usia yang masih sangat kecil saat ini sudah menjadi pemandangan yang biasa, sepertinya. Hal itu tentu juga merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan anak masa kini yang gemar sekali bermain gawai dalam jangka waktu  yang lama. Dalam sehari saja, seorang anak bisa bermain gawai melebihi jam sekolahnya. Kebiasaan tersebut sangat tidak baik untuk kesehatan mata. Belum lagi kalau mereka memainkannya dengan jarak yang dekat. Paparan sinar biru dari gawai tentu akan memperburuk kondisi matanya.

Untuk itu, orang tua memiliki peran penting dalam hal pengawasan penggunaan gawai oleh anak-anaknya. Tak sedikit orang tua yang mengizinkan anaknya bermain gawai tanpa  mengenal waktu dengan dalih "daripada rewel", yang berujung pada meningkatnya kecanduan anak-anak pada gawai. Sejatinya, tidak salah kok membiarkan anak-anak bermain gawai, toh memang era gawai adalah era mereka. Orang tua jadi bisa sekaligus mengenalkan teknologi kepada anak-anak.  Namun, penerapan disiplin dan tanggung jawab juga harus dilakukan demi keseimbangan pengetahuan, kepribadian,  dan kesehatannya. Saya yakin, anak-anak  juga bisa diajak berpikir kok, bukan Cuma jago rewel minta main gawai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun