Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Perihal Lion Air dan Perjalanannya

29 Oktober 2018   17:01 Diperbarui: 29 Oktober 2018   18:35 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita pesawat Lion Air yang jatuh di Tanjung Karawang tadi pagi menjadi pembicaraan hangat di kantor saya. Pesawat yang berangkat dengan rute Jakarta-Pangkalpinang ini sempat hilang kontak selama 3 jam sebelum akhirnya dinyatakan jatuh. Sontak ucapan bela sungkawa dan foto-foto proses evakuasi membanjiri platform media sosial dan pemberitaan online.

Awalnya saya masih optimis pesawat yang baru beroperasi 2,5 bulan tersebut akan baik-baik saja, namun, pernyataan resmi yang dikeluarkan Basarnas membuyarkan semua pikiran sok-khusnudzon saya.

Tentu saja saya turut merasa sedih dan terpukul. Meski tidak ada keluarga saya yang menjadi korban, namun, membayangkan jika berada di posisi korban maupun keluarganya membuat saya ikut merasakan kesedihan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana paniknya berada di situasi tersebut karena Lion Air juga bisa dibilang salah satu maskapai yang sering saya tumpangi untuk pulang kampung.

Sebagai maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, Lion Air kerap menjadi pilihan karena cenderung lebih murah dari maskapai lainnya. Selain itu, maskapai yang berpangkalan pusat di Jakarta ini memiliki rute penerbangan domestik yang terbilang banyak, baik penerbangan langsung maupun penerbangan transit, sehingga penumpang punya lebih banyak pilihan keberangkatan menyesuaikan jadwal dan harganya.

Banyaknya armada dan rute yang dimiliki Lion Air tak ayal kerap membuat maskapai ini mengalami permasalahan berupa penundaan jadwal penerbangan atau delay. Inilah salah satu permasalahan yang masih terus dibenahi oleh maskapai yang sudah berdiri sejak 1999 ini. Kendati demikian, saya tetap senang memakai Lion Air karena lebih ramah di kantong untuk pelajar yang masih minta uang ke orang tua seperti saya, meski tak sedikit juga penumpang yang kecewa terkait permasalahan delaynya. Terlepas dari permasalahan tersebut, sejak 10 tahun terakhir, Lion Air tidak pernah mengalami masalah kecelakaan pesawat hingga jatuh seperti sekarang ini. Paling-paling hanya tergelincir atau mendarat darurat.

Sedikit cerita, waktu itu saya pernah menumpang Lion Air tujuan Batam-Semarang untuk pulang setelah menghabiskan liburan semester di Batam. Pagi itu, pesawat take off pukul 9.45 pagi dalam cuaca cerah. Namun, sekira pukul 10.30, pesawat mulai naik semakin tinggi dan cuaca berubah 180 derajat menjadi sangat mendung. Setiap melihat kaca jendela, yang terlihat hanyalah awan hitam dengan rintik-rintik hujan yang membasahi permukaan kaca.

Laju pesawat pun terasa sangat tidak nyaman karena berbenturan dengan awan. Berkali-kali suara awak pesawat terdengar mengingatkan penumpang bahwa pesawat ini sedang terbang dalam kondisi cuaca buruk disusul dengan lampu sabuk pengaman yang menyala beberapa kali setelah dimatikan. Saya yang awalnya tenang-tenang saja lama kelamaan tegang juga. Hanya doa dan dzikir yang keluar dari mulut saya sembari memaksakan mata untuk tidur agar tak larut dalam pikiran buruk. 

Kondisi itu berlangsung hingga pesawat berhasil mendarat di Bandara Ahmad Yani, Semarang. Lega dan syukur, itu lah yang saya rasakan. Mungkin saya saja yang terlalu paranoid. Pada situasi seperti itu saja saya sudah tegang dan panik, apalagi para penumpang yang menjadi korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh pagi tadi?

Mungkin masih segar dalam ingatan kita bagaimana mengerikannya kecelakaan pesawat Air Asia yang jatuh di laut Jawa 4 tahun silam. 162 orang dinyatakan tewas dalam peristiwa ini dengan rangkaian misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan. Tahun ini, peristiwa serupa kembali terjadi namun menimpa maskapai berbeda, Lion Air. Penyebab dari kecelakaan pesawat Lion Air ini masih dalam proses penyelidikan mengingat pilot pesawat sempat meminta untuk putar balik ke bandara beberapa saat setelah pesawat take off.

Melansir CNNIndonesia, selain kecelakaan yang terjadi pagi tadi, Lion Air juga pernah mengalami masalah penerbangan dalam satu dekade terakhir :

1. 23 Februari 2009 -- mendarat darurat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun