Mohon tunggu...
Widi Wahyuning Tyas
Widi Wahyuning Tyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Menulis kadang sama menyenangkannya dengan nonton mukbang.

Hidup terasa ringan selama masih ada sayur bayam, tempe goreng, dan sedikit sambal terasi.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menakar Beban Jiwa Pemain Sepak Bola

23 Oktober 2018   15:24 Diperbarui: 23 Oktober 2018   15:30 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Indosport.com

Selain itu, cedera panjang yang menyebabkan pemain terpaksa keluar dari lingkungan terdekatnya juga bisa memicu terjadinya masalah kesehatan jiwa. Belum lagi ekspektasi dari para suporter untuk melihat permainan yang sempurna dari pemain sepak bola yang juga berbuah menjadi perasaan tertekan pada pemain sepak bola itu sendiri. Sebenarnya apa sih penyebabnya? Apakah jika orang biasa (re; bukan pemain sepak bola) mengalami hal serupa juga akan merasakan depresi juga?

Pertanyaan tersebut nampaknya sudah terjawab dalam penelitian yang dipublikasikan dalam The Lancet Psychiatry Journal yang menyebutkan bahwa olahraga beresiko menurunkan kesehatan mental. Penelitian yang melibatkan 1,2 juta orang dewasa di Amerika Serikat ini menganalisis data kesehatan fisik, kesehatan mental, dan perilaku. Partisipan ditanya mengenai kondisi mereka ketika mengalami stres, depresi, dan masalah emosional, sekaligus kebiasaan berolahraganya.

Hasilnya, olahraga sebanyak 3-5 kali dalam sepekan selama 45  menit merupakan porsi ideal untuk mendapatkan fisik dan mental yang sehat. lebih dari itu, seseorang akan mengalami kesehatan mental yang buruk selama 3-4 hari dalam sebulan.

Wow! Saya sangat tidak menyangka. Rasa-rasanya, jika dikaitkan dengan kasus bunuh diri pemain sepak bola, kedua hal ini saling berkolerasi, mengingat pemain sepak bola tentu memiliki porsi latihan fisik yang lebih banyak dari orang biasa.

Jika memang penyebab depresi tersebut malah berasal dari kegiatan olahraga, maka tidak menutup kemungkinan hal ini juga bisa terjadi pada atlet selain pemain sepak bola. Ketenaran, materi, dan kesehatan fisik pada akhirnya harus dibayar dengan kondisi menyiksa yang bisa berakhir menjadi tindakan bunuh diri. Namun, setidaknya kita bisa membantu mereka mengurangi resiko gangguan kesehatan mental dan depresi dengan tetap memberikan dukungan yang supportif, bukan menghujat jika mereka belum bisa meraih kemenangan dalam sebuah turnamen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun