Ada apa sebenarnya? Apa yang salah dengan Jojo? Apakah kualitas latihan yang kurang? Apakah kesibukannya menjadi bintang iklan malah menjadi penghalang? Atau memang benar kata orang-orang bahwa Jojo adalah pemain 'menang bejo' yang hanya jago kandang?
Pernyataan itu rasanya terlalu kasar jika kita tujukan pada atlet yang tengah berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Jika saya yang hanya menontonnya saja kecewa, bagaimana dengannya yang harus mengusap peluh dan tetap menegakkan kepala sambil menahan pahitnya kekalahan?
23-28 Oktober mendatang, French Open menanti untuk ditaklukan. Saya harap, setelah puasa gelar yang dialami Jojo dalam beberapa turnamen belakangan ini, ia lebih bersiap untuk mengeluarkan performa terbaiknya. Saya percaya, kekalahan tentu bukanlah yang ia inginkan.Â
Kekecewaan yang dialami Jojo pada Denmark Open kemarin saya rasa bisa menjadi cambuk untuknya agar bisa mengevaluasi kesalahan-kesalahan agar tak terulang lagi nantinya. Saya nggak mau terlalu berharap, namun sesama orang Indonesia, hati saya selalu memilih untuk percaya pada mereka, yang walau menang atau  kalah, perjuangannya tetap tak boleh dibayar dengan hujatan yang menjatuhkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H