Analisis dari badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA) menemukan ratusan suplemen diet yang dijual terbuat dari obat ilegal.
Studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open juga menemukan hampir 800 suplemen diet yang dijual pada 2007 hingga 2016 mengandung obat ilegal dan 20 persen diantaranya memuat lebih dari satu obat ilegal. Dalam banyak kasus, 9 persen dari bahan obat ilegal itu tidak dicantumkan dalam label komposisi.
Madhur Kumar selaku peneliti yang menginvestigasi tentang suplemen diet mengungkapkan bahwa produk-produk tersebut memiliki potensi untuk menyebabkan efek buruk pada kesehatan karena penyalahgunaan yang tidak disengaja, penggunaan berlebihan, atau  interaksi dengan obat lain.Â
Sebagian besar suplemen diet yang mengandung obat ilegal itu terdiri dari 45 persen untuk peningkatan seksual, 41 persen untuk penurunan berat badan dan 12 persen untuk pembentukan otot. Sehingga tidak murni sebagai obat untuk menurunkan berat badan.
Kebetulan sepupu saya memiliki berat badan 85 kilogram. Dulu, dia pernah mengonsumsi obat penurun berat badan yang dibeli dari salah satu dokter umum (re; bukan dokter khusus gizi). Penurunannya bisa dibilang kurang progresif. Hanya 1 kilo setiap seminggu. Namun, ia sering merasa lemas dan diare berlebih setiap pagi.  Hal itulah yang membuatnya berhenti  mengonsumsi obat tersebut.
Jika obat dari dokter saja kurang memberikan hasil yang maksimal, lantas kenapa obat yang dijual di onlineshop malah bisa mewujudkan impian ratusan customer yang telah mengonsumsinya untuk kurus? Penjelasannya, obat-obat tersebut memang bekerja dengan cara mengembangkan protein dalam tubuh yang bisa menghambat rasa lapar.Â
Sehingga, seseorang yang mengonsumsinya akan kehilangan nafsu makan. Kemudian, efek seperti sering buang air kecil akan dirasakan sebagai bentuk peluruhan lemak menjadi air seni.Â
Lemak-lemak tersebut sedikit demi sedikit akan hilang seiring dengan seringnya seseorang buang air kecil. Namun, jika dikonsumsi dalam jangka panjang, akan berdampak buruk pada kesehatan hati dan ginjal. Singkatnya, lemak hilang, penyakit lain datang.
Walau demikian, kita tidak bisa serta merta menyudutkan mereka yang memilih untuk mengonsumsi obat diet. Pada dasarnya, jalan yang dipilih ini juga merupakan buah dari body shamming yang kerap diterimanya selama ini. Namun, tetap saja, menurunkan berat badan tidak bisa dicapai dengan cara instan. Butuh usaha dan effort yang tidak mudah untuk benar-benar mencapainya. Semoga kamu senantiasa menjadi orang yang bijak, baik dalam hal memilih sesuatu, maupun mensyukuri apa yang sudah kamu miliki :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H