Mohon tunggu...
Widi Suryati
Widi Suryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seksi Ga Seksi, Predator Seks Bakal Terus Beraksi

15 Desember 2022   09:54 Diperbarui: 18 Januari 2023   17:16 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Wanita yang berpenampilan badung sering dimaknai jalang, lalu diserang kelemahannya dan divalidasi bahwa dia memang jalang. Padahal, hampir semua perempuan, kalo diserang kelemahannya berpotensi jatuh ke lubang setan seksual. Jadi stop nyalahin penampilan karena predator seks akan terus beraksi sekalipun penampilan korban ga seksi]

"Dahlia" 21 seorang mahasiswi keguruan yang mengaku sering mendapatkan candaan dan ajakan seksual dari teman-temanya. Candaan dan permintaan frontal yang seringkali menyasarnya terjadi karena penampilan Dahlia dimaknai seperti jalang yang memang biasa dengan hal serupa. Padahal, penampilan merupakan bentuk pengekspresian diri bukan sepenuhnya validitas identitas.

"Aku kan penampilannya gitu, suka ngerokok, gampang berbaur juga, jadi cowo-cowo suka becandain aku dan mikir 'ah bisa dipake euy si ieu mah' (Wah bisa dipake nih cewe)," ujar Dahlia.  

Dahlia merasa malas dan unrespect ketika dihadapkan candaan nakal dari teman dan pasangannya yang berujung paksaan untuk jadi piala bergilir melakukan VCS, seks ringan, hingga seks bebas.

"VCS anjir risih pisan, ga mau. Pacar ngajak VCS? Ilang rasa sayang," gerutunya.

Ia mengaku penampilan 'bebas' nya merupakan pelampiasan untuk mengalihkan kesedihan. Sayangnya, banyak buaya busuk yang memaknainya keliru dan malah mengincar Dahlia untuk memenuhi 'kebutuhannya'.

Penampilan dan Seksual

Pentingnya menggalakkan narasi di masyarakat bahwa penampilan dan pelecehan, dua hal yang tidak sepenuhnya berkaitan. Masyarakat harus memahami itu dan berhenti mengucilkan korban pelecehan seksual dengan menyalahkan pakaian yang mereka kenakan. Penampilan merupakan bentuk ekspresi diri, bukan validitas identitas. Seseorang yang menggunakan pakaian ketat dan pendek tidak berarti mereka pantas dilecehkan.

Namun, rasanya pelecehan seksual sudah semakin meluas, tidak lagi memperdulikan pakaian yang dikenakan korban. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei Koalisi Ruang Publik Aman, yang memaparkan bahwa terdapat 17,47% korban pelecehan seksual mengunakan rok panjang dan celana panjang, disusul 15,82% mengenakan baju lengan panjang, 13,80% baju longgar, dan 17% responden berhijab. Maka dari itu, Koalisi Ruang Publik Aman menyimpulkan bahwa tak ada kaitan antara pakaian yang dikenakan perempuan dengan pelecehan seksual.

Stop Nyalahin Pakaian, Laki-Laki juga Ikut Andil

Budaya patriarki yang kental akan kekuasaannya selalu berupaya menyudutkan perempuan, terutama ketika perempuan mengalami pelecehan akibat pakaian yang digunakannya. Padahal, kebanyakan perempuan tidak berniat untuk memancing mata-mata liar, mereka hanya nyaman dan merasa percaya diri dengan apa yang mereka kenakan.

Memang, sebagian perempuan berpakaian ketat bisa memancing para buaya yang fetish ketika melihat lekuk tebuh dan bagian tubuh seksi perempuan. Tapi perlu ditekankan, setiap perempuan sejatinya tidak menyodorkan diri untuk dilecehkan. Masalah pakaian yang akhirnya membuat ia jatuh ke lubang seksual pasti ada faktor pemicu dari pihak laki-laki. Maka dari itu, stigma pakaian ketat dan pendek serta pengagungan laki-laki pada budaya patriarki perlu dikaji ulang agar perempuan bisa bebas berekspresi dengan penampilannya tanpa ada rasa khawatir akan dilecehkan.

Penampilan dan KGBO

Rupanya stigma penampilan ketat dan pendek telah menyasar dunia digital. Buktinya, unggahan media sosial Dahlia seringkali mendapatkan komentar yang tidak relevan dan banyak pria hidung belang yang salah fokus pada bentuk tubuh Dahlia yang aduhai. Dahlia pun mengaku seringkali mendapatkan permintaan frontal untuk melakukan vcs dari orang asing yang menyerang media sosialnya, namun Dahlia dengan tegas menolaknya.

Keberanian Dahlia menolak permintaan seks digital perlu diacungi jempol. Namun, rupanya keberanian tersebut sempat membuatnya kalang kabut. Pasalnya, Dahlia hanya menolak permintaan VCS orang asing, tapi tidak dengan pacarnya. Sontaknya suatu hari, sang pacar dengan tega menyebarkan foto aib Dahlia ke media sosial. Dahlia pun mencari berbagai bantuan. Akhirnya foto aib pun berhasil terhapus oleh bantuan hacker setelah 3 minggu terpampang di media sosial.

 Bayangkan, jika tidak berhasil dihapus pasti Dahlia kena serang. 

"Cewe zaman sekarang pada murahan, mau-maunya PAP bugil ke pacar, inget Al-Isra 17:32"

Begitu kira-kira komentar warganet dengan budaya patriarki kental yang pasti akan langsung menyerang perempuan.

Lagi-lagi perlu ditekankan, jika penampilan dan seksual merupakan dua hal yang berbeda. Meskipun demikian,kita tetap perlu mawas diri karena lingkungan kita sudah tercemar akan stigma buruk penampilan wanita yang terkesan kebarat-baratan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun