Mohon tunggu...
Widi Suryati
Widi Suryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jurnalis Perkaya Produk Jurnalistik Lingkungan untuk Memikat Publik terkait Isu Perubahan Iklim

17 Mei 2022   18:43 Diperbarui: 17 Mei 2022   18:48 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain mengancam persediaan SDA, pembangunan fisik berkelanjutan mengancam persediaan air tanah. Tanah cenderung tidak dapat lagi menyerap air karena lapisan atas sudah dipenuhi oleh beton dan hunian masyarakat. Kosongnya persediaan air tanah lambat laun akan membuat permukaan tanah menurun. Maka dari itu, jurnalis berperan penting dalam mengampanyekan lahan hijau.

Dalam mengampanyekan isu lingkungan, penelitian ilmiah dan investigasi mendalam perlu dilakukan untuk mendukung produk jurnalisme agar menjadi informasi yang akurat dan informatif untuk publik.

Namun. dalam bukunya, George Marshall berpendapat bahwa tantangan utama isu ini bukan dari segi ilmiah, teknis, maupun sosialisasinya melainkan dari psikologis masyarakat itu sendiri. Misalnya, saat heatwave di siang hari, semua orang langsung membahas climate change. Namun, ketika hujan turun di sore hari, semua orang seketika lupa tentang isu climate change ini.

Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat masih acuh terhadap isu perubahan iklim karena belum merasakan dampaknya secara berkelanjutan. Beberapa pihak pun menilai bahwa sosialisasi mengenai lingkungan terbilang sia-sia karena mayoritas masrakatnya acuh.

Meskipun demikian, Meiki menegaskan bahwa konsistensi dalam mengampanyekan isu lingkungan harus terus dilakukan. Tentunya, pembaharuan strategi dan pendekatan dalam proses sosialisasi harus terus dicari agar suatu saat dapat mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat.

Penggencaran sosialisasi lingkungan harus terus dilakukan agar tidak tenggelam oleh isu lainnya. Penggiat lingkungan harus optimis dan berupaya berkolaborasi dengan berbagai pihak yang dapat memengaruhi persepsi masyarakat, misalnya pemuka agama.

"Positive thinking kalo edukasi terus-terusan dapat memengaruhi kondisi psikologis masyarakat. Apalagi WALHI juga sedang menyasar lembaga keagamaan untuk terlibat dalam meningkatkan kesadaran perubahan iklim," ujar Meiki.

Meiki berharap, sosialisasi lingkungan dapat terealisasi dengan adanya siraman rohani yang disampaikan para pemuka agama.

"Kami juga membutuhkan bantuan dari berbagai pihak untuk dapat memengaruhi khalayak (misalnya pemuka agama) agar penyampaian dogma dan nilai agama itu dapat dikaitkan dengan isu menjaga lingkungan dalam agama," ujarnya.

Meiki yakin bahwa sosialisasi lingkungan tidak akan sia-sia. Jika tidak terealisasi sekarang, generasi selanjutnya bisa jadi lebih matang dan peduli akan lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, isu lingkungan akan menjadi bahasan sepanjang hidup karena manusia berdampingan dengan lingkungan yang berdampak pada kehidupannya. 

"Terus edukasi dengan harapan generasi penerus lebih matang dan dapat mewujudkan cita cita orang tua dan pendahulunya. Setidaknya laju perubahan iklim ini dapat diperlambat," pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun