Mohon tunggu...
Widi Suryati
Widi Suryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Campaign Influencer, Konten, hingga Filter Medsos" Opini Responden Mahasiswa Jurnalistik Unpad terkait Upaya Peningkatan Bahasa

4 Mei 2022   10:19 Diperbarui: 11 Mei 2022   23:41 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar bahasa (Source: istockphoto)

Seiring perkembangan zaman, eksistensi bahasa daerah kian tergerus oleh bahasa asing. Bahkan, para remaja lebih bangga menggunakan bahasa asing dan menganggap penggunaan bahasa daerah terkesan kampungan. 

Meskipun demikian, popularitas bahasa nasional masih terjaga. Faktanya, 71,4% responden mengaku masih menggunakan bahasa nasional di kehidupan sehari-hari karena lebih umum dan mudah dimengerti.

Sebagai generasi digital, para responden memaparkan media sosial berperan penting untuk meningkatkan popularitas bahasa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi ciamik di media sosial.

"Melalui campaign yang dilakukan oleh influencer dengan mengajak berbagai elemen masyarakat untuk bergabung bersama," ujar Salma Aulia Mahasiswa Jurnalistik Unpad.

Influencer memang dapat mempengaruhi sikap dan prilaku khalayak umum karena dianggap kredibel untuk menyampaikan hal terkait. Fenomena tersebut terjadi akibat komunikasi yang dibangun secara konsisten dan reputasi yang relevan antara influencer dan followersnya (Irfan, 2020).

Dalam entertainment Indonesia, popularitas bahasa daerah berhasil meningkat ketika penyanyi ternama seperti Yura Yunita dan Via Vallen membuat lagu berbahasa daerah.

Kekuatan yang tak kalah besar dari seorang influencer, yakni netizen. Banyaknya jumlah massa di suatu platform media sosial dapat turut mempengaruhi khalayak. Hal tersebut dapat terjadi karena pengguna media sosial cenderung tidak ingin ketinggalan tren dan ingin melakukan hal yang sama dengan kebanyakan orang.

"Dengan tren, maksudnya ketika banyak yang pakai yaa bahasa itu jadi meningkat. Ini terutama sering aku liat fenomenanya di twitter deh, kaya misal campur2 bahasa kaya gitu kan itu muncul dari satu kelompok." Tutur Lugina Nurul Ihsan, Mahasiswa Jurnalistik Unpad.

Lugina menambahkan, tren dapat menyebar dari satu kelompok fandom ke kelompok fandom lainnya. Mereka akan melihat, mengamati, lalu meniru tren tersebut.

Di samping itu, konten dan filter medsos memiliki tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi untuk dapat meningkatkan popularitas bahasa. Misalnya, fiter "Seberapa Sunda Kamu" yang sedang viral di Tiktok. Jika filter dapat mengenalkan bahasa dengan bermain-main, konten dapat dijadikan sarana edukasi untuk lebih mengenal bahasa.

"Dengan konten-konten orang indonesia yang tinggal di luar negeri. Dengan tontonan tersebut membuat wawasan bahasa saya meningkat," kata Nuril Gaida, Mahasiswa Jurnalistik Unpad.

Konten daily life juga seringkali menyediakan kombinasi bahasa dengan pembubuhan subtitle, sehingga secara tidak langsung penonton belajar bahasa dan budaya asing.

"Biasanya ada konten kombinasi bahasa, pake bahasa asing/daerah untuk istilah yang lagi viral. Bahasa asing/bahasa daerah yang singkat juga cukup menarik sih. Ga susah dimengerti sama orang tapi tetep menarik," ujar Ajeng Dwita, Mahasiswa Jurnalistik Unpad.

Dari berbagai bahasa yang ada, baik bahasa daerah, nasional, maupun asing semua responden memiliki keinginan yang sama, yakni memperdalam bahasa asing karena dinilai lebih bermanfaat untuk keberlangsungan hidup di masa yang akan datang. 

Penguasaan bahasa asing juga dapat meningkatkan kualitas diri, sehingga berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, memiliki pendapatan, serta kesejahteraan hidup yang lebih tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun