Mohon tunggu...
Widi Suryati
Widi Suryati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Saya merupakan mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Cikal Bakal Perang Petasan Setiap Ramadan

18 April 2022   18:53 Diperbarui: 18 April 2022   18:57 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai petasan dijual di sekitar Alun-Alun Majalaya, Kab. Bandung (Foto: Widi Suryati)

"Saat saya masih kecil, awal 1970an, itu bahkan kita di kuburan kalau ziarah kubur, hari kedua Lebaran, itu semuanya pada bakar petasan," kata Yahya.

Dar Der Dor Petasan di Saat Ramadan

Sama seperti Betawi, Islam pun turut mengadopsi budaya petasan dengan dibunyikannya petasan ketika menyambut ramadan serta menjelang lebaran. Meskipun demikian, tidak diketahui secara pasti kapan petasan dimainkan di hari-hari bulan ramadan.

Meski sudah menjadi tradisi, petasan kerap kali dilarang dan diamankan aparat karena membawa seribu kemubadziran yang merugikan. Bahkan, kasus insiden akibat petasan seringkali terjadi hingga menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa. 

Pro dan kontra pun diperkuat dengan adanya perbedaan pendapat antara generasi tua dan muda. Generasi tua cenderung ingin menikmati ramadan dengan penuh ketenangan, sedangkan generasi muda ingin memeriahkan ramadan dengan aktivitas seru dan menantang.   

Tindakan Pemerintah

Pada 1967 silam, pemerintah khususnya Gubernur DKI Jakarta melarang membuat, menyimpan, dan memperdagangkan mercon dan kembang api. Termasuk menyalakannya. Larangan bermain petasan hingga larangan berjualan petasan sudah diberlakukan pemerintah setempat. 

Bahkan, pihak kepolisian pun rutin menyita petasan yang diprediksi akan disalahgunakan. Meskipun demikian, petasan tetap eksis dan mewarnai gelapnya malam. Hal tersebut terjadi akibat minimnya kesadaran diri terkait bahaya petasan disertai pemaknaan tradisi yang keliru.

Tradisi yang Keliru

Tidak harus menunggu momen ramadan atau lebaran, bermain petasan dapat dilakukan kapanpun, tentunya di tempat yang tepat. Kebiasan turun temurun membuat hal ini menjadi tradisi yang keliru. 

Esensi menyambut bulan suci yang berujung merugikan orang lain, membuat tradisi ini perlu dikaji ulang. Maka dari itu, perlu adanya psikoedukasi disertai teladan yang baik untuk meminimalisasi penyalahgunaan petasan di bulan ramadan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun