Mohon tunggu...
Widi Antoro
Widi Antoro Mohon Tunggu... -

pemimpi tanpa realisasi...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Saya Tinggal dengan Katolik

11 Maret 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29 2179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka dari itu, saya beranggapan siapapun dengan agama apapun selama beriman kepada Allah, hari akhir dan berbuat baik terhadap sesama layak dihormati, dihargai dan diperlakukan sebagaimana layaknya kita ingin diperlakukan. Akankah golden rule berlaku pada nurani kita? Manusia bertanya haus akan jawaban terdekat, perlakukanlah orang lain seperti engkau ingin diperlakukan. Perlakukan orang lain sebagai individu, bukan untuk sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir (dikutip dari mana saya lupa, mudah-mudahan ada relevansinya).

Saya pun tidak lantas menutup mata dengan surat Ali-Imran (85) yang berbunyi "Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi". Saya meyakini isi surat tersebut sebagaimana saya dididik sebagai seorang muslim. Tapi bagi saya urusan setelah hidup (mati) atau urusan akhirat adalah urusan masing-masing individu. Urusan vertikal pribadi antara individu manusia yang berakal dengan Tuhan. Perjalanan sebelum ajal datang, itulah yang menentukan siapa kita. Dari keimanan dan perbuatan kita selagi hidup, itulah yang diperhitungkan.

Dulu ketika negeri kita dijajah, semua unsur baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kejawen dan lain-lain bersatu padu demi sebuah kemerdekaan. Sekarang dalam konteks yang lebih luas, apakah umat manusia harus menunggu dijajah dulu oleh penghuni planet lain layaknya alien-alien membinasakan manusia di film War of the World? Akankah harus menunggu alien membabi buta sehingga kita berkata seperti film Armageddon "For all mankind" bukan "only for my religion"?

Saya meminjam secuil kata-kata seorang murtadin yang sering mendiskreditkan Islam dan Nabi Muhammad SAW untuk direnungkan "We are against Hate, not Faith". Secuil pernyataan yang seharusnya ditelaah baik-baik oleh pembuatnya sebelum mengeluarkan artikel.

Lebih baik kata-kata saya.. "agamamu agamamu agamaku agamaku, saya menghormati kamu dan agamamu, kamu menghormatiku dan agamaku. Kalau tak mau, tak akan aku menjadi musuhmu, kudoakan yang terbaik untukmu" (panjang amat ya..)

Maaf kalau ada salah kata atau ada yang tersinggung, saya tak bermaksud demikian..

Salam...

Catatan Admin: Jam tayang tulisan ini diubah untuk keperluan Headline.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun