Mohon tunggu...
Widiyanto kusnandar
Widiyanto kusnandar Mohon Tunggu... Lainnya - manusia

manusia yang memanusiakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senandung Kenangan

1 November 2021   10:40 Diperbarui: 1 November 2021   10:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dambaan Elsa
Entah apa yang merasuk dalam pikiranku
Wajahmu yang lugu  
senyummu yang tipis
 tahi lalat sebelah kiri dekat hidung yang mempesona
Tingkahmu yang konyol membuat tawa
Hadir dalam setiap lamunan
semoga tuhan bisa menyampaikan, apa yang ada di hati untuku kepadamu.
Jhony, Juni 2017


Ada yang menarik darinya sehingga diri ini tertarik. Aku selalu memperhatikan gerak-geriknya, tingkah lakunya. Yang aku kagumi dari dia banyak sih. Pertama dia pintar, rajin dan sholehah. Mungkin dari kita itu sih hal biasa, namun tentang gue ya". Serunya ketika melihat puisi di buku geografiku. "gue cuman eeeeee aaaannnuuu". Jawabku gugup. "hahah cieee kelihatan, gue kasih tanda tangan disini ya" jawabnya tanpa menghiraukan persetujuan dariku."okeh terimakasih ya sa" jawabku yang terkesan malu-malu. Mungkin wajah ini sudah merah merona dalan pandangannya.

Setelah melihat puisi pertamaku dalam buku geografi. Akhirnya aku dan dia semakin dekat. kita sering mengobrol perihal mata pelajaran, buku novel dan lain sebagainya. Kami berdua mempunyai kesamaan, yaitu membaca novel. aku suka novel  yang bergenre mental illness, kalo dia menyukai novel romance. Kesamaan itu yang membuat kita dekat. hal yang sederhana membuat seorang terpikat jauh dalam sanubari hati. Rangkaian puisi yang terbaris dan tersusun rapih dalam pikiran seolah ingin keluar dari dalam mulut. Berbincang rayu untuk saling meguatkan adalah perilah insan yang sedang mengayuh kebahagian.

Angkringan menjadi tempat andalan kami berdua untuk mengobrol. Malam sehabis Isya aku menjeput dia ke rumahnya dengan menggunakan motor kesayangan. setelah diangkringan ternyata hujan deras sekali, seolah hujan ini sedang membabi buta, petir menyambarkan kilatnya diatas langit yang hitam. Membuat suasana ini terbalik, dua sejoli yang sedang menikmati malam dibawah langit hitam dengan derasnya hujan, menambah nikmatnya malam syahdu.

Untungnya kami berdua telah sampai diangkringan. Kami memesan teh hangat lalu mengobrol sana sini yang tak jelas alurnya. Walaupun mengobrol tidak berfaedah tetapi aku bahagia. Karena pada akhirnya aku bisa menyatakan perasaan kepadanya. "bertemu denganmu adalah anugrah, menjadi kekasihmu adalah sebuah kebahagian tersendiri untuku, maukah kau menjadi kekasihku" dengan gugup aku mengatakan, debar jantung memompa lebih cepat dari biasanya. "perasaan cinta adalah anugrah dari yang maha kuasa, yang diberikan kesetiap manusia. Aku salah satunya yg merasakan cinta itu. Aku merasakan cinta yang sedang kau rasakan terhadapku" jawabnya menatapku dengan fokus. "lalu maukah dirimu menerimaku sebagai kekasih ?". 

" iyap" senyum tipis yang merona dan indah keluar. aku riang dan bahagia, perasaan apa yang aku rasakan menambah euphoria dalam diriku dengan malam yang disertai deras hujan. bumi ini menjadi saksi cinta kita berdua yang ku ikrarkan dengan puisi yang sudah kurangkai dalam pikiran dan hatiku. Dengan tidak sadarnya aku loncat-loncat. Sehingga menjadi pusat perhatian di tempat angkirang. malu dan bahagia bercampur menjadi satu bagian. Satu kesatuan. Akhirnya perasaan hati sudah tersinkronisasi.


"sudah-sudah jangan loncat-loncat juga kali" serunya sambil menarik tanganku untuk duduk lagi. "hahaha, iya maaf lantas gue bahagia sekali malam ini" jawabku sambil duduk kembali. "gue pengen lo bikin puisi lagi tentang kita, meski puisimu jelek hahah". Sambungnya sambil tertawa dengan ciri khasnya. "hahah, okeh sekarang ?" tanayaku kepadanya. Dia menjawab dengan mengangukkan kepala.


Cintaku
Bagaimana mungkin angin bisa menumbangkan sebuah rasa
Bagaimana mungkin api bisa membakar hati yang suci
Bagaimana mungkin ombak bisa meluluh-lantahkan kasih sayang
Hanya perantara cinta yang tuhan berikan, aku hanyalah seorang hamba yang begitu yakin
 Jhony, Juni 2017


Hujan pun tak kunjung reda, namun malam semakin larut. Angkringan yang semakin malam semakin ramai. Menerobos hujan adalah jalan alternative,  supaya elsa bisa pulang dengan waktu yang tepat. Kami berdua lantas pulang dengan menembus hujan, air hujan yang deras menghujani wajah dan mata, jalanan yang sepi menambah suasana yang mencekam, kiri kanan adalah hutan pinus yang menjulang tinggi. dari arah yang berlawanan mobil dengan lampu tembak yang terang benderang, lampu itu meyoroti mataku sehingga terlihat silau seketika, di tambah perihnya air hujan yang jatuh ke wajah . Aku hilang kendali. Motorku menabrak sebuah pohon pinus yang besar dan tinggi. aku dan elsa terlempar jauh, kepalaku rasanya mau pecah karena beradu dengan pohon pinus. 

Aku kaget sekali melihat elsa tergeletak dengan darah keluar dari kepala dan hidung. Setelah kurasakan denyut nadinnya. . . ternyata dia sudah. Membuat diri lemas, tidak bedaya.  Hatipun sesak dan ingin teriak sekencang mungkin.
Itulah kenangan yang kupunya dengan seorang wanita yang istimewah. Meski dia sudah tiada namun dia selalu hidup dihati. 

Hujan dan kenangan adalah sebuah rasa yang kutulis dalam bait puisi yang kulontarkan setelah elsa meninggal. tujuannya cuman satu, agar cinta kita abadi dalam tulisan. Selamat jalan Elsa Firdayana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun