Hal ini tentu membuat saya kian bangga dengan keberadaan Whoosh, melihat warga asing yang begitu mudah ditemui saat saya naik Whoosh pekan lalu. Saat berangkat, barisan bangku di depan saya diisi sekeluarga dari Malaysia, dan bangku di belakang saya ada dua orang yang sepanjang perjalanan ngobrol dengan logat Singlish alias Singapore English.
Keluarga Malaysia di depan saya yang terdiri dari suami, istri dan dua orang anak kecil, tampak antusias menikmati pengalaman pertama mereka naik kereta cepat. Sedangkan dua pria di belakang saya berbincang ngalor-ngidul soal Whoosh sebagai hasil investasi China.
Saat balik ke Jakarta dan menunggu keberangkatan kereta feeder di Stasiun Bandung pun tak sedikit terlihat warga negeri jiran yang turut menjadi penumpang.
Keberadaan penumpang-penumpang dari negara tetangga itu mengingatkan saya tentang pemberitaan yang menyebutkan klaim dari PT KCIC soal ratusan ribu WNA telah menggunakan Whoosh Jakarta-Bandung. Ternyata memang demikianlah adanya.
Artinya, moda kereta cepat ini memang mampu menarik wisatawan luar negeri serta pelancong dengan tujuan bisnis. Whoosh menjadi salah satu magnet yang ingin dicoba warga luar negeri ketika berkunjung ke Indonesia. Ya, kurang lebih sama dengan kalau kita orang Indonesia pergi ke Jepang dan ingin mencoba kereta Shinkansen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H