Suasana dan fasilitas di stasiun pun sudah mendukung untuk kebutuhan kerja dengan mobilitas tinggi. Sambil menunggu boarding di Halim misalnya, bisa menyempatkan diri membuka laptop sambil menikmati kopi dari kafe atau minimarket.
Namun perlu diingat, secepat-cepatnya Whoosh, penumpang masih harus memperhitungkan perjalanan menggunakan kereta feeder jika turun di Padalarang dan hendak lanjut ke Stasiun Bandung maupun sebaliknya.
Kereta feeder ini adalah layanan gratis bagi penumpang Whoosh dan memiliki jarak tempuh 19 menit dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Bandung. Barangkali penumpang dari Halim yang turun di Padalarang tak akan risau merencankan perjalanan lanjutan naik feeder ini karena begitu turun dari Whoosh pasti sudah ada feeder menanti.
Namun jika kita hendak melakukan perjalanan ke arah Jakarta, maka perencanaan untuk naik kereta feeder dari Stasiun Bandung harus lebih cermat atau berisiko bakal tertinggal Whoosh yang sudah berangkat.
Itulah mengapa penumpang setidaknya harus rajin melihat jadwal perjalanan kereta feeder dari Stasiun Bandung yang terintegrasi dengan jadwal Whoosh dari Padalarang. Misalnya, jika kita sudah pegang tiket Whoosh dari Padalarang dengan jadwal berangkat jam 7.48, maka paling telat kita sudah harus naik feeder dari Stasiun Bandung jam 7.12. Lewat dari itu ya silakan beli tiket baru lagi.
Hal-hal baik lainnya dari Whoosh
Terlepas dari Whoosh yang tidak berhenti tepat di pusat Kota Bandung, pastinya sudah melalui berbagai pertimbangan teknis, termasuk mendorong perkembangan wilayah di sekitar Padalarang dan Tegalluar yang menjadi tujuan akhir kereta cepat tersebut.
Satu hal pasti bahwa keberadaan Whoosh memang harus diakui membawa hal-hal baik yang datangnya belakangan ini. Termasuk kian tenarnya Whoosh di kalangan warga negara asing yang datang ke Indonesia.