Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Waktu Terasa Berhenti di Pasar Kranggan Jogja

24 November 2024   22:59 Diperbarui: 24 November 2024   23:11 2559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gudeg Bu Rus siap melayani Anda (foto: widikurniawan)

Gudeg Bu Rus siap melayani Anda (foto: widikurniawan)
Gudeg Bu Rus siap melayani Anda (foto: widikurniawan)

Cemilan yang terbilang paling favorit di sini adalah bihun goreng dan capjae jawa. Ibu penjualnya baru buka lapak mulai jam 8 pagi, dan sebelum buka pun sudah banyak pengunjung yang antre untuk membeli.

Antrean di penjual bihun goreng dan capjae jawa (foto: widikurniawan)
Antrean di penjual bihun goreng dan capjae jawa (foto: widikurniawan)

Apa itu capjae jawa? Jika cap cay pada umumnya dihuni sayuran, maka capjae jawa berintikan tepung goreng lembut yang diiris-iris. Bagi saya tentu nostalgia karena emak dulu sering memasak capjae jawa.

Penampakan capjae jawa dicampur bihun goreng (foto: widikurniawan)
Penampakan capjae jawa dicampur bihun goreng (foto: widikurniawan)

Sebungkus capjae jawa atau bihun goreng, atau bahkan kombinasi keduanya, dihargai cukup murah, lima ribu rupiah saja. Ditambah sambal yang pedasnya wow, jajanan ini memang wajar jika selalu membuat orang-orang rela mengantre.

Menyusuri lorong-lorong di teras Pasar Kranggan, sangat dimaklumi jika langkah kita bakal selalu tersendat dan mata kita seolah tertambat ke aneka jajanan dan minuman yang menggoda.

Jamu tradisional (foto: widikurniawan)
Jamu tradisional (foto: widikurniawan)

Saya bahkan sudah sempat minum jamu tradisional yang dijajakan seorang ibu dengan sepeda tuanya, tapi lima menit kemudian seolah mulut ini tak bisa dikontrol karena tiba-tiba memesan es dawet yang menggiurkan.

Adapun tentengan di tangan saya sudah ada sebungkus kerupuk karak seharga sepuluh ribu dari nenek tua yang begitu ramah. Ada pula lima biji tahu gembus bacem dan tahu bacem biasa yang bakal menjadi buah tangan saya saat pulang ke rumah. Juga tak ketinggalan roti isi pisang seharga seribu rupiah per bijinya. Roti jadul yang turut pula memantik memori masa kecil saya.

Penjual lauk matang, ada krecek dan buntil (foto: widikurniawan)
Penjual lauk matang, ada krecek dan buntil (foto: widikurniawan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun