Yogyakarta, maka sebaiknya jangan terlewat mengunjungi Pasar Kranggan di pagi hari.
Jika kawasan Malioboro menjadi magnet menghabiskan senja dan malam diYa, pasar tradisional yang hanya selemparan batu dari Tugu Jogja yang kesohor itu, bakal melengkapi pengalaman berkunjung para wisatawan yang datang ke Yogyakarta.
Pun demikian bagi saya. Jika beberapa tahun lalu saya adalah anak kos yang mager untuk datang ke tempat seperti ini, maka kini saya seolah menjelma jadi wisatawan jika singgah ke Jogja dan Pasar Kranggan seolah jadi tempat menyenangkan untuk didatangi.
Maka, pagi itu usai menyantap sarapan soto ayam di bilangan Jalan Sudirman, saya bergeser ke Jalan Diponegoro yang masih satu ruas jalan dengan niat untuk terus memanjakan perut.
Sebagai pasar tradisional, Pasar Kranggan rupanya berangsur-angsur telah bertransformasi sebagai salah satu tujuan wisata kuliner. Lapak-lapak pedagang kebutuhan pokok seperti sayur dan sembako memang masih ada di bagian dalam.
Namun, di teras lantai dasar pedagang jajanan dan makanan legendaris menguasai area. Sedangkan di lantai 2, bermunculan kios-kios dengan makanan lebih modern seperti roti, ramen, hingga kopi. Area ini lebih cocok bagi kalangan Gen Z untuk nongkrong.
Oke, berhubung kios-kios di area lantai 2 lebih banyak yang buka siang bahkan sore hari, saya pun lebih fokus berburu di lantai dasar.
Bagi yang sengaja mencari sarapan, maka menu soto ayam, sop sapi, hingga gudeg bisa menjadi pilihan untuk makan on the spot. Tapi bagi yang butuh asupan ngemil, sangat banyak pilihan jajanan yang menggoda.