Pertama kalinya menginjakkan kaki di Pantai Amal, Tarakan, rasanya seperti daerah pantai pada umumnya. Tapi ketika saya mulai duduk di tepian pantai dan mulai terkena angin laut, mendadak muncul perasaan damai, syahdu, dan menyenangkan yang menyeruak.
Mata saya menatap jauh ke Laut Sulawesi yang membentang di hadapan saya. Seolah terasa kecil diri ini ketika dihadapkan semesta yang begitu luas.
Saat saya datang, air laut belum sepenuhnya menutupi tepi pantai yang tengah dijadikan arena bermain oleh sebagian pengunjung dan anak-anak. Tetapi lambat laun, semakin sore, air laut mulai meninggi, menutup daratan pasir berwarna putih kecoklatan yang semula terlihat.
Pemandangan lepas pantai juga terlihat menawan dengan birunya langit di atas laut. Benar-benar warna biru cerah bersih yang menandakan hampir tiada polusi udara di daerah ini.
Sungguh elok dan luar biasa menyaksikan semua itu. Sedikit melepas penat saya yang terbiasa melihat kendaraan dan manusia saling sikut di metropolitan.
Namun, lamunan yang sudah mulai menghanyutkan itu mendadak terdistorsi oleh kedatangan pemilik warung makan yang menyodorkan lembaran menu. Ya, niat saya Sabtu sore itu selain menikmati syahdunya Pantai Amal, adalah untuk mencoba kuliner yang konon hanya ditemukan di pantai ini.
Orang-orang di situ menyebutnya Kapah. Sejenis kerang laut yang ditangkap nelayan di daerah lautan sekitar Pantai Amal.
Saya dan rekan-rekan, memesan Kapah yang dimasak asam manis maupun Kapah yang direbus tanpa bumbu alias original. Tak hanya itu, hidangan udang goreng juga wajib dipesan, selain minuman air kelapa muda yang identik dengan suasana pantai.
Ternyata, Kapah ini memang di atas ekspektasi. Daging kerangnya terasa segar dan nikmat. Saya bahkan tak pernah merasakan jenis hidangan kerang senikmat itu.
Barangkali kalau dibawa ke Jakarta, menu seperti itu hanya bisa dinikmati di restoran kelas atas dan pastinya bakal sangat mahal dengan rasa yang tak sebesar ini. Tapi kali ini di atas bangku kayu yang dipaku seadanya, di tepian Pantai Amal, saya bersyukur bisa menikmati kuliner yang bagi saya mewah dari sisi citarasa dan suasana.Â
Sementara udang goreng yang disajikan, terasa manis dan kenyal dagingnya. Segar dan tak bau amis. Sudah cukup "lauk-able" ketika dilahap sebagai teman nasi putih hangat dan sambal merah merona.Â
Pantai Amal sendiri tak jauh dari pusat Kota Tarakan, hanya sekitar 11 kilometer dengan jalanan yang lancar dan tentunya bebas macet. Pantai ini menjadi salah satu destinasi yang kian populer bagi mereka yang mengunjungi Kota Tarakan, kota paling ramai di Provinsi Kalimantan Utara, melebihi ibu kota provinsi yakni Tanjung Selor.
Deretan warung kayu di tepian Pantai Amal, menjadi magnet utama tempat ini. Ya, ke Pantai Amal tanpa menikmati hidangan seafood, khususnya kerang Kapah, tentu tidak afdol.Â
Nikmatilah, maka kau akan merindukannya ketika meninggalkan pantai itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H