Pagi ini rasanya pengen sarapan pecel sayur yang dicampur dengan bihun goreng dan bakwan goreng. Biasanya saya membeli tak jauh dari Terowongan Kendal, tepatnya di sisi utara jika keluar dari Stasiun Sudirman.
Harganya cukup murah, sepuluh ribu seporsi, dan biasanya saya meminta dibungkus untuk dimakan di kantor sebelum kerja. Ya, namanya pedagang mangkal dengan bakul, tak mungkin pula bisa makan di tempat itu.
Namun, pagi ini saya mesti berjalan agak jauh mencari keberadaan ibu pecel itu. Ah, rupanya dia mangkal di depan sebuah minimarket. Agak tersembunyi di ujung deretan pedagang kaki lima (PKL) lainnya yang sama-sama tergusur dari area mangkal biasanya.
"Wah, saya nyariin ibu dari tadi, ternyata di sini."
"Iya Nak, disuruh geser, eh sampai sini," jawabnya.
Bahkan, saking tergesa-gesanya, ibu itu sampai meninggalkan bungkusan besar berisi kerupuk yang biasa ia jual di samping pecel sayur.
"Kerupuknya masih ketinggalan tuh di sono, ntar aja deh ambilnya."
Terpantau sudah dua hari ini petugas Satpol PP lebih ketat melarang PKL berjualan di area dekat Terowongan Kendal, dan area dekat ojek pangkalan (opang) mangkal.
Kini, para PKL tersebut bergeser lagi lebih ke utara dan makin menjauhi area terowongan dan sekitarnya.