Bagi saya, smartphone bukan pengantar stress, tapi lebih ke penghilang stress. Okelah kadang pusing juga jika mendapati pesan soal kerjaan kantor yang urgent dan butuh penyelesaian masalah.
Namun, hal itu bisa diimbangi dengan cara dan kebiasaan kita mengakses konten media sosial dan memanfaatkan smartphone untuk lebih berdaya guna dan menghasilkan sesuatu.
Saya tidak akan mengikuti akun klenik, horor, artis-artis nggak jelas, atau politisi yang mencari sensasi. Media sosial saya timeline-nya lebih ke humor, jokes bapak-bapak,kuliner, fotografi, sepakbola, dan akun berita yang kredibel.
Setidaknya dari asupan media sosial, saya berusaha menghindari konten pemicu stres. Lebih baik mencari inspirasi dan hiburan ketimbang menambah pening kepala.
Kata orang-orang sekarang, technostress bakal mengintai andai kita terlalu tergantung dengan smartphone. Padahal bisa jadi munculnya technostress karena kita salah memilih konten yang diakses di media sosial.
Sebagai contoh nih, saya punya akun di lima medsos dari mulai Facebook, Twitter, TikTok, YouTube, dan Instagram. Tapi yang rutin tiap hari saya buka hanya Instagram, selebihnya hanya sesekali intip saja.
Facebook bagi saya kian sepi dengan teman akrab, dan malah justru kian sering muncul postingan hoax. Twitter hanya penting untuk menengok isu terbaru, tapi saya malas ketika banyak orang berdebat, saling serang, dan bikin postingan sensasi padahal sebenarnya iklan.
YouTube hanya seperlunya saja, sesuai kebutuhan dan terus terang saya tidak menyukai video pendek atau short di YouTube. Sedangkan TikTok, ah sudahlah... rasa-rasanya saya merasa asing di medsos yang satu ini.
Memfilter jenis media sosial dan jenis konten yang kita minati adalah salah satu cara saya menghindari technostress. Kita hanya mengonsumsi apa yang kita butuhkan, bukan segala jenis konten kita telan mentah-mentah.
Di satu sisi saya sadar saya sudah tergantung dengan smartphone. Tapi hal ini tidak serta merta membuat saya beralih ke dump phone atau ponsel jadul yang hanya bisa buat nelpon dan bertukar pesan saja (dan bermain game ular).
Terus terang saya juga butuh smartphone untuk terus update informasi dan berita terbaru. Dulu sebelum ada smartphone, tiap hari saya selalu baca koran, tabloid dan majalah.