Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Deadpool & Wolverine", Duet Dua Pecundang Penyelamat Dunia Marvel

28 Juli 2024   21:32 Diperbarui: 29 Juli 2024   09:24 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster "Deadpool & Wolverine" di bioskop (foto: widikurniawan)

Penonton Deadpool & Wolverine kena prank Marvel. Kok bisa?

(Awas spoiler alert! Kalau nggak mau kena bocoran, mending jangan lanjut baca!)

Jadi gini, nggak ada angin dan nggak pakai kisi-kisi di trailernya, Deadpool & Wolverine tiba-tiba menampilkan sosok Chris Evans yang sejak Avengers: Endgame menyatakan pensiun sebagai Captain America.

Abang Chris ini muncul sebagai cameo saat Deadpool dan Wolverine terlempar ke The Void, dunia kehampaan, dunia akhir waktu yang pernah dikenalkan di series Loki.

Penonton di studio kaget, termasuk saya yang hampir teriak tapi nggak jadi karena seisi studio anteng bae.

Deadpool yang mulutnya tak pernah dijaga, juga tampak terpana seolah-olah tak percaya sosok pemimpin Avengers yang dikaguminya muncul. Hingga momen ketika Abang Chris yang bukan Martin ini ikutan nyerocos penuh umpatan saat hendak beraksi melawan rombongan mutan antagonis.

Sejurus kemudian baru ketahuan jika doi bukanlah Steve Rogers alias Captain America, melainkan Johnny Storm alias Human Torch membernya Fantastic Four. Si Johnny tubuhnya bisa menyala dan bisa pula terbang.

Chris Evans memang pernah memerankan Johnny Storm sebelum dikenal sebagai Captain America yang ikonik. Sayangnya, Fantastic Four dianggap film gagal karena buruknya penulisan cerita dan kala itu digarap studio 20th Century Fox, bukan Marvel Studio.

Kehadiran Chris Evans sebagai salah satu cameo di film Deadpool & Wolverine ini menjadi kejutan manis bagi penggemar film Marvel. Juga seabrek cameo lainnya yang bakal melambungkan kenangan penonton yang sudah mengikuti film-film superhero sejak medio tahun 2000-an.

Apesnya, saya nonton di studio yang hanya terisi kurang dari separuh kapasitas. Sangat terasa kurang antusiasiasme penonton yang berujung kurangnya atmosfer Marvel seperti era kejayaan film-film Avengers sebelum mengalahkan Thanos.

Era itu, penonton setidaknya akan riuh berteriak atau tepuk tangan saat ada karakter jagoan muncul, seperti Thor yang turun dari langit membantu para Avengers. Juga kala Captain Marvel tiba-tiba membabi buta di arena pertarungan setelah sekian purnama tidak muncul.

Eh, ini pada diem-diem bae. Ya mungkin wajar sepi karena saya nonton di studio di dalam mal yang terbilang sepi juga. Barangkali di bioskop lain full rame nonton film ini.

Padahal para jagoan lawas bermunculan seperti Elektra yang masih diperankan Jennifer Garner. Lalu Wesley Snipes yang masih mengenakan jaket kulit hitam tokoh Blade, hingga Channing Tatum yang akhirnya bisa tampil sebagai Gambit (jebolan X-Men).

Saya tadinya pingin bersuara kenceng "Wow Elektra!" atau "Apa? Blade?! Wesley Snipes masih ada?!", tapi takut ketahuan umurnya berapa.

Kehadiran Mas Channing yang bukan kakaknya Ariel Tatum, sebagai Gambit, seolah membayar rasa penasarannya dan juga fans X-Men. Pasalnya, dia sempat terlibat proyek film Gambit yang akhirnya gagal tayang gara-gara studio 20th Century Fox dilanda masalah.

Sumber: X @MarvelStudios
Sumber: X @MarvelStudios

Soundtrack-nya Menyala

Satu hal yang membuat film ini terasa "wah" adalah sountrack-nya yang benar-benar "menyala abangku". Tapi lagi-lagi, karena mayoritas lagunya adalah lagu populer era 2000-an, maka angkatan Bapak-bapak yang masih merasa Mas-mas seperti saya inilah yang seolah sedang bernostalgia sepanjang durasi film.

Bagaimana tidak? Sejak awal, film ini sudah ngegas dengan adegan berantem Deadpool melawan sekelompok agen dari Time Variance Authority (TVA) dengan latar belakang lagunya *NSYNC berjudul "Bye Bye Bye".

Jujur saja, baru kali ini saya nonton film bioskop sambil nyanyi dan goyang-goyang kaki, berasa jadi Justin Timberlake pas masih jadi member *NSYNC. Untung suara saya tidak terdengar orang lain karena kalah dengan sound menggelegar di dalam studio bioskop.

Kemudian "Iris" milik Goo Goo Dolls serta "I'm With You"-nya Avril Lavigne seolah bikin throwback ke masa-masa jadi anak kos. Masa-masa ketika indomie goreng telur ceplok sering jadi menu sarapan hampir tiap hari.

Tak penting lagi saya menceriterakan detail bocoran alur cerita Deadpool & Wolverine, karena yang terngiang-ngiang hingga saya kembali ke rumah adalah lagunya *NSYNC tadi.

Tapi okelah, intinya gini, Wade Wilson alias Deadpool merasa perlu mencari sosok Logan atau Wolverine dari universe lainnya karena dunia yang ditinggali Deadpool terancam hancur akibat Wolverine dunia tersebut mati.

Masalahnya, Wolverine yang didapatkan Deadpool adalah seorang pecundang yang payah. Tukang mabuk yang terbebani kesalahan karena teman-teman X-Men di dunianya mati semua.

Sedangkan Deadpool sendiri dikenal sebagai antihero yang kebanyakan omong dan memiliki latar belakang pecundang juga. Jadi sama-sama looser bakal berduet menyelamatkan dunia, apa jadinya?

Ryan Reynolds sang penyelamat Marvel?

Sebagai pemeran utama sekaligus penulis naskah, Ryan Reynolds patut mendapat apresiasi sebesar-besarnya. Deadpool & Wolverine setidaknya pantas menjadi pijakan baru Marvel Cinematic Universe (MCU).

Sempat meraih puncak dengan Avengers: Endgame, film-film MCU selanjutnya terasa kurang epic dan bahkan banyak yang menganggap MCU sudah kehilangan magnet sejak karakter-karakter utamanya mati atau pensiun.

MCU kemudian mencoba dengan pendekatan multiverse agar lebih fleksibel mendatangkan karakter-karakter favorit penonton, termasuk hadirnya Chris Evans tadi.

MCU perlu berterima kasih kepada Ryan Reynolds yang membuat aktor-aktor seperti Evans dan Hugh Jackman (pemeran Wolverine) mau kembali bertarung di dunia MCU.

Reynolds dan Deadpool layak dianggap penyelamat dunia film Marvel yang nyatanya masih bisa "bernafas" hingga detik ini. Semula, banyak pihak nggak bakal percaya dan ragu apakah Deadpool bisa terintegrasi dengan MCU.

Kini, Deadpool menjadi pembuka pintu. Karakter yang semula dipegang studio di luar Marvel seperti barisan mutan X-Men dan Fantastic Four sudah mulai bermunculan dan menunggu giliran muncul di film-film MCU selanjutnya.

Deadpool & Wolverine memang bukan film serius yang bikin kepala penonton pening mengikuti ceritanya. Tapi wajar saja bagi yang memang jarang atau tidak lengkap mengikuti film-film besutan Marvel, bakal merasa pening juga saat menonton film ini.

"Itu kenapa sih Yang maksudnya?" dan kalimat ini terdengar dari belakang tempat duduk saya.

Untungnya si "Ayang" yang ditanya mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan baik. Menjelaskan tentang kaitan sebuah adegan yang memiliki referensi dengan cerita di film Marvel sebelumnya.

Pada akhirnya Deadpool & Wolverine adalah jembatan masa lalu dengan masa depan dunia MCU. Tapi rasa-rasanya tetap membuktikan fakta bahwa fans Marvel belum siap kehilangan sosok seperti Chris Evans dan Hugh Jackman, juga sederet karakter lainnya yang bikin kangen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun