Hal apa sih di negeri ini yang tidak ada jokinya? Bahkan, yang terbaru muncul jasa joki Strava untuk olahraga lari.
Ya, jagat media sosial kembali tergelak dan dibuat geleng-geleng kepala saat ada akun yang menawarkan jasa joki Strava.
Sekedar informasi bagi yang belum familiar, Strava merupakan salah satu aplikasi berbasis media sosial yang populer di kalangan pelaku olahraga lari dan sepeda.
Fungsi utamanya untuk merekam rute olahraga penggunanya. Tidak hanya olahraga lari dan sepeda, aplikasi ini juga dapat digunakan untuk merekam hasil kegiatan olahraga lainnya, seperti jalan, hiking, hingga berenang.
Karena fungsinya, Strava mencuat dan menanjak popularitasnya saat pandemi 2-3 tahun lalu. Strava bisa digunakan sebagai media untuk even lari atau bersepeda virtual. Artinya tidak harus lari atau bersepeda secara bersamaan, tapi bisa sendiri dan cukup setor hasil capaian yang direkam melalui Strava.
Pada saat digunakan, aplikasi ini akan mencatat beberapa data penting, misalnya jarak tempuh dan kecepatan. Terdapat pula fitur heart rate yang berfungsi memantau detak jantung penggunanya.
Para penghobi olahraga lari yang eksis di media sosial biasanya akan membagikan status atau story berupa tangkapan layar dari Strava setelah usai berlari.
Menjadi kebanggaan sendiri ketika gambaran rute, jarak tempuh dan kecepatan lari terpampang di layar Strava tersebut. Itulah salah satu fenomena yang ditangkap oleh penyedia jasa joki Strava ini.
Sang joki Strava melihat peluang ketika banyak orang yang hanya mementingkan gaya hidup dan pamer di media sosial dibanding memperoleh esensi dari berolahraga itu sendiri.
Dulu banyak orang beranggapan bahwa olahraga paling murah itu ya lari. Tapi makin ke sini, anggapan tersebut mulai tidak tepat lagi.
Sebagian orang kini bakal malas lari dan malu jika tidak memiliki sepatu lari yang keren dan mahal. Demikian juga outfit lainnya, seperti baju, celana, kacamata, topi, hingga smartwatch.
Fenomena banyaknya even fun run di berbagai kota semakin menegaskan bahwa lari tak lagi tentang olahraga. Lari sudah menjadi gaya hidup dan salah satu penanda sosial seseorang.
Okelah masih wajar dan sah-saja jika gaya selangit sebanding juga dengan kemampuan larinya. Masih boleh kok rajin mengunggah konten lari karena dia benar-benar berlari dan mampu menyelesaikan rute di setiap even yang diikuti.
Namun, yang tidak habis pikir dan di luar nalar adalah ketika seseorang justru menggunakan jasa joki Strava hanya untuk sekedar pamer di media sosial.
Padahal dengan menggunakan jasa tersebut, sebenarnya orang itu tidak benar-benar berlari alias mager. Bisa jadi ia malah rebahan saja di kamarnya.
Cukup bayar orang untuk berlari dan hasil rekaman Stravanya diklaim jadi miliknya. Unggah story, dan harapannya banyak orang bakal terkagum-kagum.
Orang ini tidak lari dalam arti sebenarnya, tapi lari dari kenyataan.
Memang di satu sisi membuktikan bahwa banyak orang Indonesia yang kreatif. Jasa joki Strava hampir serupa dengan jasa-jasa unik dan aneh lainnya macam jasa sewa iPhone, jasa screenshot iPhone, hingga jasa sewa pacar.
Ada unsur kebutuhan untuk diakui dan diperhatikan sehingga jasa-jasa semacam itu laku. Era media sosial memang salah satunya membentuk orang-orang yang butuh pengakuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H