Untung ada ojek online, penyelamat di kala transportasi massal sedang darurat karena gangguan.
Ya, sebagian besar memang memilih untuk beralih ojek online dibandingkan bus Transjakarta.
Alasannya tentu logis, karena saat jam sibuk sore hari bus Transjakarta tentu sedang padat-padatnya. Ditambah limpahan penumpang MRT Jakarta, tentu tak terbayangkan lagi bertambahnya kepadatan penumpang.
Termasuk saya yang pada akhirnya memilih naik ojek online untuk membawa saya ke Stasiun KRL Duren Kalibata. Walau ongkos lebih mahal, setidaknya ojek bisa nyelip-nyelip dan mencari jalan alternatif menghindari kemacetan.
Hingga tulisan ini dibuat atau empat jam setelah kejadian, belum ada tanda-tanda dan rilis informasi tentang kapan MRT Jakarta bisa kembali beroperasi melayani penumpang.
Jika sampai memakan waktu lama, tentu menjadi sebuah kerugian besar bagi MRT Jakarta dan tentunya bagi masyarakat penggunanya.
Pihak kontraktor Hutama Karya melalui twitter sudah merilis permintaan maaf atas kejadian tersebut. Tapi tentu saja perlu diselidiki lebih lanjut apa penyebab terjadinya insiden itu.
Bisa jadi pihak kontraktor tersebut bisa bertanggung jawab serta mengganti rugi terhadap MRT Jakarta dan pihak terkait. Tapi, tentu saja tidak akan memberikan ganti rugi kepada masyarakat yang terdampak.
Hmm, ya kali Hutama Karya mau ganti ongkos ojek yang saya keluarkan beserta kerugian waktu yang saya alami. Belum lagi risiko masuk angin gara-gara ngojek sekitar 5 kilometer. Ah, mana mungkin?