Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Danke, Klopp!

20 Mei 2024   09:12 Diperbarui: 20 Mei 2024   12:25 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seharusnya, fokus penggemar Premier League dan sepakbola dunia malam tadi tertuju pada laga pamungkas Manchester City versus West Ham dan Arsenal kontra Everton. Dua laga akhir yang menjadi penentu juara Liga Inggris musim 2023/2024.

Namun, justru laga Liverpool versus Wolverhampton di Anfield yang menyita perhatian dan menguras emosi. Khususnya bagi penggemar The Reds. 

Pertandingan tersebut menjadi partai pamungkas manajer Juergen Klopp sejak menukangi Liverpool sembilan tahun lamanya. 

Seisi Anfield dan jutaan pasang mata di dunia menjadi saksi perpisahan dengan manajer yang telah mengubah wajah Liverpool menjadi kembali disegani setelah sempat terpuruk jadi tim medioker. 

Seorang pria Jerman yang rasa-rasanya pantas menjadi warga kehormatan Kota Liverpool. Kawan hingga lawan, akan selalu angkat topi untuknya.

Akhir Januari 2024 lalu, Klopp mengumumkan niatnya meninggalkan Liverpool pada akhir musim ini. Saat itu dunia terhenyak, tapi perlahan para fans bisa menerima keputusan tersebut.

Liverpool kala itu sedang nyaman di puncak klasemen Premier League, masuk final Carabao Cup, dan masih bertahan di kompetisi Europa League dan FA Cup.

Fans bahkan sempat berharap Liverpool mampu menyabet semua gelar itu sebagai hadiah perpisahan Klopp. Tapi apa dinyana, hanya Carabao Cup yang mampu direngkuh.

Finish ketiga di klasemen akhir Premier League di bawah Manchester City dan Arsenal, serta kegagalan di Europa League dan FA Cup, seolah membenarkan alasan kepergian Klopp memang soal dia sudah "kehabisan bensin"

"I'm running out of energy," tuturnya kala itu.

Jurgen Klopp (thisisanfield.com)
Jurgen Klopp (thisisanfield.com)

Ya, meskipun Liverpool di tangan Klopp telah menjelma sebagai salah satu pesaing rutin klub mewah Manchester City, para fans tentu bisa merasakan bahwa mesin Liverpool memang terkadang ngadat.

Era kejayaan trisula penyerang Roberto Firmino, Sadio Mane dan Mohammed Salah sudah menjadi kenangan. Hanya Salah yang masih bertahan, dan menyisakan teka-teki kelanjutannya di masa mendatang.

Tangan dingin Klopp menjadikan Liverpool kembali menjadi tim yang ditakuti lawan. Selalu main ofensif, dengan gaya gegenpressing dan kerap pula dilabeli sebagai sepakbola heavy metal. 

Salah satu kemenangan paling ikonik adalah saat meluluhlantakkan Barcelona yang saat itu masih diperkuat Lionel Messi. Liverpool melakukan comeback di luar nalar dari ketinggalan 0-3 di leg pertama semi final Liga Champions 2019, menjadi kemenangan 4-0 pada leg kedua di hadapan publik Anfield.

Klopp sebagai manusia juga dikenal dengan kepribadian yang hangat kepada siapapun. Publik sepakbola dunia bakal kehilangan salah satu sosok yang membuat sepakbola menjadi humanis sekaligus entertaining.

Gary O'Neill, manajer Wolverhampton, memeluk erat Jurgen Klopp usai timnya digasak Liverpool di laga terakhir musim ini. O'Neill dan banyak manajer lainnya, sudah pasti bakal kehilangan manajer rival yang membuat mereka ketar-ketir tiap kali menghadapinya.

Kemenangan Liverpool atas Wolves 2-0 memang tak lagi berarti apapun di papan klasemen. Tapi lebih dari itu, laga perpisahan itu menjadi kado kecil yang manis bagi Jurgen Klopp.

Sangat sedikit momen ketika pelatih atau manajer hengkang dari sebuah klub, para fans, pemain dan para staf merayakan dengan penuh haru. Terlebih di era sepakbola modern saat ini, lebih banyak pelatih hengkang karena dipecat dan tentu saja tak ada acara spesial untuk menandai momen seperti itu.

Klopp memang berbeda. Ia layak mendapatkan momen perpisahan layaknya seorang legenda. Ia pantas mendapat "guard of honor" dari para pemain yang mencintainya. Ia pun pantas menerima kehormatan dari suporter yang terus mengelukan dan menyanyikan namanya.

Era Jurgen Klopp di Liverpool telah berakhir. Tapi namanya bakal terus abadi di benak pendukung The Reds.

Kini, Liverpool menanti kedatangan Arne Slot, pria Belanda yang bakal melanjutkan tongkat estafet dari tangan Klopp. Tugas berat sudah menanti Slot, karena bukan perkara mudah meneruskan tim yang pernah ditangani seorang legenda.

Danke Klopp, you'll never walk alone.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun