Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lagi-lagi, Eskalator "Horor" Stasiun Manggarai Berulah

22 Februari 2024   20:30 Diperbarui: 23 Februari 2024   04:08 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa menit sebelum kejadian di eskalator menuju peron 11-12 Stasiun Manggarai (foto: widikurniawan)

Eskalator di stasiun KRL kembali menjadi buah bibir. Setelah viral aksi peringatan 100 hari "kematian" eskalator di Stasiun Bekasi beberapa waktu lalu, kali ini muncul kabar soal eskalator menuju peron 11-12 Stasiun Manggarai berulah "agak lain".

Jika biasanya eskalator mati mendadak saat banyak orang berada di atasnya, seperti yang pernah beberapa kali saya alami, kini beda lagi. Viral di media sosial saat satu dari dua eskalator yang menuju peron jurusan Bogor/Depok/Nambo itu tiba-tiba berbalik arah meluncur menuju arah turun. 

Tangkapan layar video kejadian (sumber: Instagram undercover.id)
Tangkapan layar video kejadian (sumber: Instagram undercover.id)

Padahal saat itu banyak penumpang menggunakannya untuk mengarah naik ke atas. Keruan saja beberapa orang tampak kelabakan karena tidak siap, dan bahkan ada yang terjatuh karenanya.

Kejadian sekitar pukul 18.00 WIB Rabu, 21 Februari 2024 kemarin. Beberapa menit sebelum kejadian, saya berada di tempat tersebut. Bahkan sempat mengambil foto eskalator yang saat itu mati dan digunakan sebagai tangga manual oleh para pengguna.

Situasi sebelum kejadian, eskalator mati di sisi kiri tetap digunakan berjalan secara manual (foto: widikurniawan)
Situasi sebelum kejadian, eskalator mati di sisi kiri tetap digunakan berjalan secara manual (foto: widikurniawan)

Eskalator mengarah ke peron 11-12 itu memang sudah sering mati. Jadi sudah tidak mengherankan lagi, dan bahkan beberapa bulan terakhir ini jika ada eskalator mati tidak lagi ada papan peringatan berupa tulisan "perbaikan" seperti dulu.

Jika ada eskalator mati, petugas dan pengelola stasiun seolah membiarkan saja ketika pengguna menaikinya sebagai tangga manual. Padahal setahu saya, dalam kondisi mati eskalator sebaiknya tidak digunakan karena bakal membebani eskalator dan memperburuk kerusakan.

Selalu membeludaknya penumpang di Stasiun Manggarai, terutama di jam sibuk, bisa jadi menjadi alasan utama tidak ditutupnya akses pengguna walau eskalator sedang mati. Tapi, jadinya ya gitu deh, eskalator yang memang secara kualitas sudah meragukan, jadi kian menderita karena penggunaan yang salah kaprah.

Nah, setelah viral insiden di eskalator Stasiun Manggarai, eskalator tersebut hari ini terlihat ditutup pembatas dan dijaga oleh petugas. Tapi tak ada tanda-tanda aktivitas perbaikan sedang dilakukan. 

Kondisi hari ini setelah insiden, eskalator ditutup dan dijaga petugas (foto: widikurniawan)
Kondisi hari ini setelah insiden, eskalator ditutup dan dijaga petugas (foto: widikurniawan)

Apapun penyebabnya, kejadian kali ini seolah menjadi puncak dari segala "horor-nya" eskalator-eskalator stasiun KRL.

Fasilitas yang seharusnya menjadi penunjang kenyamanan penumpang KRL Commuter Line, justru menjadi salah satu titik rawan yang membahayakan orang. 

Terlebih di Stasiun Manggarai yang kini sedang dalam tahap pengembangan menjadi stasiun sentral terbesar. Penyakit eskalator yang tak sembuh-sembuh layak dipertanyakan. Maka wajar jika publik pun kerap protes dan mengkritik fasilitas tersebut. 

Tak bijak jika ada yang menyalahkan penumpang karena berjubel dan ada yang memaksa naik walau eskalator sedang mati.

Komentar-komentar miring netizen yang menyalahkan penumpang memang bertebaran mengomentari kejadian tersebut. Mungkin mereka justru tidak pernah mengalami chaos-nya Stasiun Manggarai di saat jam sibuk.

Penumpang KRL justru menjadi pihak yang jadi korban di sini. Situasi eskalator di Stasiun Manggarai saat jam sibuk boleh dikatakan selalu "horor". 

Sudah capek pulang kerja, harus berdesakan di kereta, transit berjubel pula di eskalator, diteriakin petugas karena dianggap lelet dan saling dorong, eh... kalau ada evaluasi soal eskalator sering rusak atau ada insiden, tudingan juga ada yang mengarah ke penumpang.

"Kenapa nggak naik tangga manual aja daripada naik eskalator?"

Begitulah contoh pertanyaan yang kurang mengandung empati. 

Beragam kondisi penumpang yang tiap hari berjubel menggunakan eskalator di stasiun-stasiun KRL. Ada orang tua, orang sakit, anak kecil, ibu hamil, memakai alat bantu jalan dan mereka yang terlihat bugar tapi sebenarnya lelah teramat sangat. 

Kenapa nggak pakai lift saja kalau termasuk penumpang prioritas? Hmm, memangnya ada berapa jumlah dan kapasitas lift di stasiun? Sungguh tidak sebanding dengan kebutuhan penumpang. 

Hal utama yang patut dipertanyakan sebenarnya adalah "mengapa eskalator di stasiun kerap mati?" dan "mengapa maintenance berulang kali kok tidak ngefek?"

Perlu langkah konkrit dan permanen mengatasi eskalator yang kerap mati. Nggak cukup janji-janji perbaikan ketika muncul berita yang viral. 

Apa perlu menunggu insiden yang lebih fatal lagi? Aduh, amit-amit deh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun