Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyari Beras Premium, Eh Ketemunya Cadangan Beras Pemerintah

18 Februari 2024   20:41 Diperbarui: 21 Februari 2024   08:19 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beras SPHP Bulog dijual di minimarket (foto: widikurniawan)

Apa kabar beras premium? Lama nggak ketemu nih, kangen.

Saat melongok kotak penyimpanan beras di dapur, saya mencoba tetap kalem. Tapi kok, rasa-rasanya nggak bisa kalem nih, tiga hari ke depan sepertinya beras di dapur itu bakalan habis.

Kecuali, ya kecuali dalam tiga hari ini kami masak mie instan tiap hari.

Terus terang, beras di dapur saya itu termasuk kategori beras premium. Saya membelinya dua minggu lalu di minimarket langganan saya seharga 69.500 rupiah untuk kemasan 5 kilogram.

Namun, walau premium, merk beras itu bukanlah yang biasa saya beli. Saya terpaksa membelinya karena tak ada lagi merk lain yang tersisa di minimarket tersebut.

Sekali lagi, itu kondisi dua minggu lalu.

Hari ini, saya kembali berburu beras premium di beberapa minimarket di sekitar tempat tinggal saya, sebuah area di wilayah Kabupaten Bogor. Berbagai pemberitaan yang menyebutkan pasokan beras premium di berbagai ritel modern kosong atau dibatasi, jelas menyulut rasa khawatir.

Benar saja, di toko pertama yang saya datangi, sama sekali kosong tak ada beras dijual. Padahal biasanya, toko ini demen banget memajang beras premium kemasan 5 kilogram di halaman parkir toko.

Berpindah ke minimarket biru, mata saya sempat berbinar-binar melihat sepintas ada tumpukan beras di dalam toko. Eh, nggak tahunya.... bukan beras premium yang sedang dipajang, tapi beras medium dengan merk SPHP atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

Bahan kemasannya beda jauh dengan beras premium. Pada bagian ujung atas kemasan terdapat logo "Bulog" dan bagian tengah agak ke bawah ada tulisan: "Cadangan Beras Pemerintah".

Sebuah tulisan yang terasa agak "ngeri-ngeri sedap". Sebagai masyarakat awam yang baru kali ini nemu Cadangan Beras Pemerintah, tentu sempat "overthinking", kalau sampai cadangan beras muncul di minimarket, jangan-jangan....

Wajar dong merasa "overthinking". Terlebih sebentar lagi masuk ke bulan Ramadhan. Nggak bisa bayangin kalau nyari beras masih sesusah ini.

"Tinggal itu Pak, beras Bulog harganya 54 ribu," ucap kasir minimarket.

Harga 54 ribu rupiah itu untuk 5 kilogram beras medium dalam kemasan. Jika dihitung per kilogramnya adalah 10.800 rupiah. Murah sih...

Mbak kasir minimarket juga tidak tahu menahu soal ketersediaan stok beras premium seperti biasanya. Ya, mbak kasir nggak tahu, saya nggak tahu, dan pastinya Aldi Taher sekalipun nggak tahu.

Tentu saja saya menjadi salah satu konsumen yang merasa kehilangan beras premium di masa-masa sekarang. Apa pasal?

Jadi gini gaes...

Saya mengonsumsi beras premium yang belinya di minimarket ini sudah sekitar setahun lebih dikit lah. Dulu sebelumnya saya membeli beras di lapak beras pinggir jalan. Saya pun punya merk favorit sendiri, dengan kemasan per 10 kilogram seharga 140 ribu.

Tapi setelah harga naik jadi 150 ribu per 10 kilogram, saya jadi tergoda untuk beli beras premium di minamarket yang rata-rata harganya 69.500 per 5 kilogram. Apapun merknya.

Selain jatuhnya lebih murah dibandingkan beras langganan saya sebelumnya, beras premium lebih bersih, tidak terselip sisa gabah atau tiba-tiba nongol kerikil tak diundang. So far, nasi yang dihasilkan dari beras premium juga cocok di lidah dan perut keluarga kami.

Eh, nggak tahunya roda kehidupan bergulir, dan kini cadangan beras pemerintah sudah menyapa untuk dinanak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun