Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Dadakan Nyoblos Caleg Gara-Gara Nggak Ada yang Dikenal

14 Februari 2024   20:17 Diperbarui: 15 Februari 2024   01:33 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini di awal hari coblosan, hujan masih awet turun di daerah Bogor dan sekitarnya. Mager alias males gerak sempat menyergap.

Ya, terlebih saya berencana menggunakan hak pilih di Kota Depok, sesuai alamat KTP saya, sekira 10 kilometer dari domisili saat ini.

Namun, pada akhirnya seiring rintik hujan berangsur berhenti, saya bersama keluarga pun meluncur ke Depok. Menerabas jalanan berlubang, genangan, serta macet.

Sambil berharap sepanjang perjalanan, kelak yang kami pilih mampu memberikan angin segar dan mampu menyelesaikan masalah-masalah klasik seperti jalanan berlubang, banjir dan kemacetan seperti itu.

Tiba di TPS sekira jam 10-an, saya dan istri langsung mengisi daftar hadir dan selanjutnya diminta mengantre untuk dipanggil mencoblos.

Tampak antusias warga, tua dan muda, dari kakek nenek hingga mereka para pemilih pemula. Banyak di antara mereka, seperti halnya kami, yang sengaja membawa anak-anak kecil juga ke TPS.

Inilah pendidikan politik sejak dini, mengajarkan mereka untuk menggunakan hak pilih sebagai warga negara.

Suasana di TPS di Kota Depok (foto: widikurniawan)
Suasana di TPS di Kota Depok (foto: widikurniawan)

Ada hal menarik saat menunggu waktu untuk mencoblos. Beberapa orang tampak serius membaca lembaran Daftar Calon Tetap (DCT) anggota legislatif yang terpampang pada papan besar.

Bukan lagi tiga pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang dipelototi, karena pastinya hampir setiap orang sudah memiliki pilihan masing-masing sejak sebelum berangkat ke TPS.

Termasuk saya dan istri, kami mencermati lagi daftar calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) hingga calon anggota DPR dan DPRD tingkat Provinsi dan Kota.

Jujur, sebenarnya para calon anggota legislatif itu mayoritas kami tidak mengenalnya. Bahkan H-1 kemarin, ketika saya bertanya ke rekan-rekan saya, mereka juga terlalu fokus kepada Pilpres, dan hampir saja lupa jika harus memilih pula para anggota legislatif.

Saya bahkan sempat belajar dadakan, mencoba browsing terhadap nama-nama calon anggota legislatif yang terdaftar di Dapil saya. Sempat kecewa pula ketika situs KPU justru tidak bisa diakses dan hanya menayangkan keterangan "maintenance".

Alhasil saya pun mengandalkan situs goodkind.id yang memberikan informasi nama-nama calon anggota legislatif. Hanya saja, ada kekurangan yang sebenarnya bukan salah penyedia situs, tapi teramat mengecewakan bagi calon pemilih seperti saya.

Rata-rata di menu visi dan misi tiap calon hampir tidak tercantum informasi yang jelas. Bahkan banyak yang kosong.

Lalu apa gunanya jika yang tercantum hanya berupa nama, daerah asal, pekerjaan serta foto para calon tersebut?

Namun, karena tidak ingin menyia-nyiakan hak pilih saya dengan memilih calon bak memilih kucing dalam karung, saya pun tetap berusaha browsing nama-nama tersebut. Tidak semua sih, tapi lumayanlah daripada nanti menghitung kancing sebelum mencoblos.

Saya coba telusuri akun Instagram mereka dan berita-berita yang menuliskan nama mereka. Hasilnya?

Capek deh ketika calon wakil rakyat justru tidak memiliki media sosial yang terurus. Ada sih, tapi kebanyakan gitu-gitu saja.

Pada akhirnya saya hanya sreg dengan satu nama calon anggota DPD, dan satu calon anggota DPRD Kota. Lainnya, saya nyerah karena tidak menemukan profil yang pas, dan lebih memilih untuk mencoblos partai saja.

Suasana di TPS di Kota Depok (foto: widikurniawan)
Suasana di TPS di Kota Depok (foto: widikurniawan)

Fenomena foto Komeng

Hayo, siapa warga di Jawa Barat yang begitu lihat foto unik pelawak Komeng di daftar calon anggota DPD, langsung memilih dia?

Rupanya, banyak yang hanya gara-gara pose Komeng yang agak ngelawak, dan baru tahu kalau Komeng ternyata nyalon DPD, akhirnya memilih dia tanpa babibu.

"Kaget lihat foto Komeng, langsung aja gue coblos mukanya," tulis seorang netizen.

Nama Komeng pun trending di media sosial dan rata-rata mereka yang semula tidak punya rencana memilih anggota DPD karena tidak kenal para calonnya, mengaku akhirnya memilih Komeng.... uhuyyy....

Sumber: Twitter @wirashalci
Sumber: Twitter @wirashalci

Fenomena Komeng di Pemilu tahun ini terbilang unik. Belum tentu pula jika foto publik figur atau artis ternama lainnya yang ada di daftar calon anggota DPD, otomatis bakal dipilih warga.

Jika Komeng mendapatkan suara banyak dan lolos sebagai anggota DPD, sebenarnya ada suatu masalah di tengah-tengah kita. Bukan berarti mengenyampingkan kemampuan Komeng jika terpilih nanti, tapi jika ia terpilih karena calon lain terasa asing sama sekali, tentu butuh tanda tanya besar bagaimana bisa para calon lain justru tidak dikenal oleh sebagian besar para calon pemilihnya.

Seolah tak ada calon lain yang kuat secara profil dan pantas dipilih karena kiprah dan visi misinya. Hal ini pun menandakan bahwa poster dan baliho-baliho di jalanan, yang mengotori visual ruang publik, sebenarnya tidak terlalu ngefek secara signifikan.

Saya memperhatikan bagaimana beberapa calon pemilih harus menatap papan informasi di TPS, membaca DPT para caleg, dan seolah menunjuk nama-nama dan foto-foto yang sekiranya cocok saja untuk dipilih.

Nggak gitu juga dong caranya, ini kan efeknya bagi bangsa dan negara.

Saya sendiri sebenarnya menyesal karena tidak jauh-jauh hari mempelajari profil dan visi misi mereka sejak awal. Tapi hati kecil ini berkata, ya mosok saya yang mesti repot-repot? Kenapa bukan mereka yang hadir dan mencoba mengenal calon pemilihnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun