Sekitar jam 17 sore tadi, Kang Bewok tampak sendirian di lapak. Saya berpikir sayalah konsumen pertama, tapi ternyata saya salah.
"Antre empat lagi ya Pak," ucapnya.
Hmm, okelah kalau begitu. Setelah saya memesan dua porsi, tak lama kemudian beberapa orang datang dan ikut mengantre untuk memesan.
Dahsyat juga jualan gohyong ini, seolah tak susah untuk mendatangkan pembeli. Walaupun Kang Bewok juga menjual menu lain seperti cireng saus padang dan cilok daging gurilem, tapi rata-rata pembeli lebih memilih gohyong.
"Biasanya jam 7 sudah habis gohyongnya," ujar Kang Bewok.
Nah, hanya butuh 2,5 jam sejak buka, gohyong yang dibawa Kang Bewok ludes tiap harinya.
Dibanderol dengan harga 15 ribu rupiah per porsi, dapat 6 potong gohyong, harga yang ditawarkan Kang Bewok termasuk murah. Bandingkan dengan yang di Cikini, harganya 25 ribu per porsi, atau yang di mal, sampai 50 ribu per porsinya.
Gohyong notabene adalah gorengan, tapi ketika disajikan dengan kuah dengan bumbu bawang putih, asam jawa, gula merah dan cuka, gohyong terasa luar biasa di setiap gigitannya.
Ciri khas dari kuah gohyong adalah keberadaan irisan cabai rawit hijau yang bak ranjau nikmat ketika ikut tergigit.