Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Seberapa Sulit Naik KRL dari Stasiun Sudirman?

9 Januari 2024   13:42 Diperbarui: 9 Januari 2024   18:41 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdesakan masuk ke dalam KRL (foto: widikurniawan)

Sore hari di jam sibuk, barangkali menjadi waktu yang paling dibenci orang-orang yang datang ke Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat. Pasalnya, saat itulah para penumpang KRL yang rata-rata para pekerja di ibu kota, memadati peron sempit Stasiun Sudirman untuk buru-buru pulang menuju rumah masing-masing.

Sore itu, sekira pukul 17.00, saya mendapati peron Stasiun Sudirman menuju arah Stasiun Manggarai sudah dipenuhi lautan manusia. Kewaspadaan harus berlipat ganda kalau sudah begini. Antara fokus dengan kedatangan kereta, sekaligus fokus agar kita tidak menjadi korban copet yang bisa saja berada di samping atau belakang kita.

Ya, kita tidak bisa tahu siapa sesungguhnya orang-orang yang tengah berdesakan dengan kita. Dan, kebetulan juga saya pernah melihat aksi copet di tengah kerumunan seperti itu di Stasiun Sudirman.

Begitu sinyal tanda kereta akan memasuki Stasiun Sudirman, desakan penumpang dari belakang kian terasa. Barisan paling depan hanya bisa waspada serta menahan agar tidak melewati garis kuning di lantai peron. Garis yang jika dilewati bakal sangat berisiko seperti tergelincir ke bibir peron.

Berdesakan masuk ke dalam KRL (foto: widikurniawan)
Berdesakan masuk ke dalam KRL (foto: widikurniawan)

Saat kereta berhenti dan pintu-pintu terbuka, tanpa dikomando, bak air bah, manusia-manusia itu merangsek masuk ke dalam kereta yang sebenarnya sudah sesak dipenuhi penumpang.

Maka, terjadilah adu fisik karena penumpang yang masih tertinggal di peron terus berusaha masuk ke dalam kereta. Mereka akan mendorong, mengiba untuk diberikan sedikit ruang, hingga terus memaksa agar tubuhnya bisa berdiri di dalam kereta.

Tak jarang ada tangan-tangan yang berusaha mengganjal pintu supaya bisa masuk ke dalam kereta. Bahkan sore itu ada pemandangan menggelitik ketika ransel seseorang berulang kali terjepit pintu meskipun pemiliknya sudah berusaha mendesak lebih dalam lagi.

Dalam situasi seperti itu, ketika pintu-pintu KRL diganjal orang ataupun tertahan barang milik penumpang, maka keberangkatan KRL bisa tertunda beberapa saat. KRL baru dinyatakan aman untuk melanjutkan perjalanan ketika pintu-pintu sudah tertutup sempurna.

Risiko paling tidak mengenakkan dari situasi ini, jadwal perjalanan KRL bisa ngaret dan berimbas ke perjalanan KRL lainnya. Inilah yang sering tidak disadari oleh para penumpang, keterlambatan KRL rupanya bisa disebabkan oleh faktor penumpang itu sendiri.

Menanti pintu kereta tertutup sempurna (foto: widikurniawan)
Menanti pintu kereta tertutup sempurna (foto: widikurniawan)

Terjebak situasi crowded di Stasiun Sudirman, hanya menyisakan dua pilihan bagi penumpang. Memaksa masuk atau menunggu kereta selanjutnya. Walau kereta selanjutnya juga tidak menjamin kita bisa masuk.

Itulah yang terjadi sore itu, saya sampai tiga kali merelakan kereta melaju karena susah bagi saya untuk bisa naik kereta yang teramat padat.

Semula saya merasa kesal dengan situasi tersebut, karena menunda saya untuk bisa segera bertemu keluarga di rumah. Hingga, setelah itu terdengar percakapan di belakang saya.

"Pak, kalau abis ini masih susah masuk nggak usah dipaksa, saya nunggu selanjutnya saja."

Saya melirik ke belakang, rupanya ada seorang penyandang tuna netra dan seorang petugas keamanan yang akan membantunya naik ke dalam kereta.

Keduanya kemudian terus bercakap dengan ramah. Menimbulkan rasa empati bagi saya yang mendengarnya.

Sebagai penyandang tuna netra, penumpang itu tetap bisa menjaga semangat positif saat menggunakan moda KRL Commuter Line. Orang lain mungkin bakal memandangnya iba dan tak bisa membayangkan bagaimana ia akan masuk ke dalam KRL yang selalu dalam kondisi padat.

"Nah, ini kosong nih, naik ini aja Pak," ucap petugas sambil bersiap membantu penumpang itu naik.

Ia menggunakan terminologi "kosong" padahal secara kasat mata sudah terlihat banyak penumpang berdiri di dalam KRL. Tapi karena berdirinya berjarak, maka dibilang "kosong". Sebuah istilah biasa dalam dunia KRL Commuter Line.

Kali ini saya pun kembali bersemangat untuk mencoba naik ke dalam KRL yang "kosong". Penumpang tuna netra itu seolah turut membangkitkan semangat saya. Jika terus menunggu, entah sampai jam berapa sampai rumah.

Stasiun Sudirman di sore hari (foto: widikurniawan)
Stasiun Sudirman di sore hari (foto: widikurniawan)

Tidak mudah memang, berdesakan menunggu kedatangan KRL disertai rasa lelah dan penat setelah seharian bekerja. Tapi, hal ini harus dijalani sebagai risiko mencari nafkah di tengah kerasnya kehidupan.

Di satu sisi, membeludaknya penumpang di jam sibuk menandakan antusiasme masyarakat cenderung meningkat untuk menggunakan transportasi massal seperti KRL Commuter Line.

KRL juga menjadi pilihan murah dan rasional bagi pekerja penglaju yang taraf hidupnya masih berada di kelas menengah ke bawah.

Stasiun Sudirman, dengan lokasinya yang sangat strategis kian lama bakal kian terbebani dengan meningkatnya jumlah penumpang KRL. Maka wajar jika kemudian hadirnya Stasiun BNI City yang tak jauh dari Stasiun Sudirman, menjadi alternatif terbaik untuk naik KRL di jam sibuk.

Sudah sepekan lebih para petugas mengarahkan penumpang agar naik dari Stasiun BNI City. Sebuah Langkah realistis bagi penumpang walaupun harus berjalan lebih jauh.

Tak ingin berdesakan di Stasiun Sudirman saat mencoba masuk KRL? Yuk geser dikit jalan kaki ke Stasiun BNI City.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun