Sudah punya resolusi untuk tahun 2024? Kalau sudah ya syukur, kalau belum atau masih bingung ya nggak papa.
Saya termasuk yang rada malas memikirkan resolusi tiap tahunnya. Bahkan bagi saya, resoles lebih menarik dibandingkan resolusi. Apalagi disantap sambil ngopi.
Jelang akhir tahun 2023, banyak orang bersiap merayakan malam pergantian tahun. Bahkan ada orang yang dua hari ini sengaja tidak keluar rumah dan lebih banyak tidur, mungkin biar pas malam tahun baru bisa awet melek karena tidurnya sudah dirapel.
Sedangkan bagi saya, malam tahun baru tidaklah terlalu penting dinanti-nanti. Saya juga kurang cocok dengan konsep bakar-bakar menanti pergantian tahun. Entah itu bakar jagung, bakar ikan, bakar sate, bakar petasan, bakar kembang api. Intinya sama saja, duit kitalah yang sebenarnya dibakar.
Ah, kan cuma setahun sekali. Sombong amat, kalau kata Bang Mandra.
Ya gimana ya? Dulu sewaktu masih remaja dan labil, saya juga kerap terbawa euforia malam tahun baru. Tapi apa dikata, malam tahun baru kerapkali menyisakan momen tidak memuaskan dan tidak sesuai ekspektasi.
Dulu, saya pernah diajak kawan-kawan berkendara sepeda motor ke Pantai Parangtritis untuk merayakan tahun baru. Katanya ramai dan seru.
Namun, apa boleh buat. Sekitar 3 kilometer sebelum pantai, jalanan sudah macet cet. Kendaraan apapun sudah tidak bisa bergerak.
Padahal saat itu waktu sudah menjelang jam 12 malam. Akhirnya kami pun mengalami pergantian tahun di jalanan yang macet. Apes nian. Malam tahun baru diwarnai bisingnya klakson, bukan suara petasan dan kembang api.
Belajar dari pengalaman, tahun-tahun berikutnya saya enggan merayakan tahun baru di tempat wisata atau pusat keramaian lainnya. Tapi masih ayo aja kalau ada yang ngajak nongkrong sambil bakar-bakar.