Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

SO7 dan Plus Minus Perubahan Pola Transit di Stasiun Manggarai

28 Desember 2023   20:38 Diperbarui: 29 Desember 2023   06:22 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepadatan penumpang di jam sibuk (foto: widikurniawan)

SO7 atau switch over ke-7 di Stasiun Manggarai telah dilakukan pada 20 Desember 2023 lalu. SO7 yang bukan berarti "Sheilla on Seven" ini menjadi pertanda dilakukannya perubahan jalur dan peralihan sistem persinyalan, operasional, atau pelayanan penggunaan kereta api yang telah dilakukan sebanyak tujuh kali dalam rangka pembangunan Stasiun Manggarai.

Imbas dari SO7 adalah terjadinya perubahan pola transit penumpang KRL Commuter Line. Pengguna KRL Cikarang dengan tujuan Tanah Abang/Kampung Bandan yang semula dilayani pada peron jalur 6 dan 7, dialihkan menjadi pada peron jalur 1 dan 2. Sedangkan tujuan sebaliknya ke Bekasi/Cikarang yang semula dilayani pada peron jalur 8, dialihkan menjadi pada peron jalur 3 dan 4.

Pengguna KRL Feeder tujuan Tanah Abang/Kampung Bandan yang semula dilayani peron jalur 6 dan 7, dialihkan menjadi peron jalur 1 hingga 4. Sedangkan pengguna KA Bandara Soetta yang semula berada di peron jalur 9, dialihkan menjadi jalur 7 dan 8.

Bagi pengguna Commuter Line jalur Bogor, masih sama di peron lantai atas yaitu peron 9-10 untuk jurusan Jakarta Kota, dan peron 11-12 untuk jurusan Depok/Nambo/Bogor.

Peron jalur 2 menuju Tanah Abang/Kampung Bandan (foto: widikurniawan)
Peron jalur 2 menuju Tanah Abang/Kampung Bandan (foto: widikurniawan)

Perubahan pola transit ini mau tidak mau memaksa penumpang untuk kembali menyesuaikan diri, khususnya bagi yang setiap hari berjibaku naik dan turun untuk transit di Stasiun Manggarai.

Seperti saya misalnya, jika semula berangkat kerja dari arah Bogor harus turun dan bergegas mencari tangga turun untuk ke peron 6 atau 7, maka sekarang harus berjalan dengan pola diagonal untuk mencari tangga ke peron 1 dan 2. Itu karena saya butuh nyambung KRL dari Cikarang/Bekasi atau feeder yang akan membawa saya turun di Stasiun Sudirman.

SO7 memang sejauh ini terasa lancar-lancar saja, tidak menimbulkan hal yang ditakutkan seperti risiko chaos saat awal pergantian pola transit, maupun keterlambatan jadwal KRL.

Papan penanda peron (foto: widikurniawan)
Papan penanda peron (foto: widikurniawan)

Namun, bisa dikatakan SO7 ini belum teruji benar karena dimulai saat para pekerja pengguna KRL sudah banyak yang mengambil cuti akhir tahun. Kepadatan di jam-jam sibuk dalam sepekan terakhir, bagi pengguna setia KRL masih terasa biasa saja.

Tapi memang perubahan pola transit sebaiknya dimulai pada waktu yang dinilai tidak menimbulkan dampak parah ketika ada sesuatu yang berjalan di luar rencana.

Setidaknya, dalam sepekan ini ada plus dan minus yang sudah bisa dinilai dari penerapan SO7 di Stasiun Manggarai. Nilai plusnya ada di kesigapan petugas yang tak henti memandu penumpang untuk tidak nyasar ke jalur yang salah.

Kepadatan penumpang di jam sibuk (foto: widikurniawan)
Kepadatan penumpang di jam sibuk (foto: widikurniawan)

Kemudian karena jarak peron menjadi agak lebih jauh, pergerakan penumpang saat transit pun terasa lebih lancar saat berada di lantai concourse karena tidak menumpuk alias menyebar. Enak bagi yang muda dan sehat untuk lebih "sat-set" tapi lebih ngos-ngosan bagi yang fisiknya kurang memadai.

Catatan yang perlu diperhatikan pihak pengelola adalah soal keterbatasan tangga, khususnya di sisi utara peron jalur 1 dan 2. Inilah peron terbaru yang sayangnya hanya mengandalkan satu sisi eskalator untuk turun atau naik saja.

Ini bakal menimbulkan penumpukan pada jam sibuk, khususnya sore hari, ketika penumpang dari arah Sudirman/Tanah Abang/Duri bakal berebutan turun dan menyasar satu sisi eskalator yang hanya mengarah naik.

Berbeda dengan pola transit yang sebelumnya di jalur 6-7, karena peron di situ dua eskalatornya hanya mengarah naik, walaupun sering mati juga sih.

Eskalator hanya satu sisi yang naik, semula dua sisi naik semua (foto: widikurniawan)
Eskalator hanya satu sisi yang naik, semula dua sisi naik semua (foto: widikurniawan)

Peron 1-2 juga tidak dilengkapi tangga manual tambahan yang bisa digunakan sewaktu-waktu untuk memecah kepadatan penumpang.

Satu hal lagi yang patut diwaspadai di peron jalur 1-2 ini adalah jalur atau rel yang masih digunakan bersamaan dengan kereta api jarak jauh (KAJJ). Hal yang semula tidak terjadi sebelum adanya SO7, karena jalur KAJJ dan KRL semula terpisah di Stasiun Manggarai.

Keruan saja jika ada KAJJ melintas langsung, maka penumpang yang berjubel di tepi peron mesti melipatgandakan kewaspadaan karena lengah sedikit bisa berbahaya. Kecepatan KAJJ saat melintas di peron Stasiun Manggarai, bisa bikin bulu kuduk merinding bagi orang yang berdiri di sisi peron.

KA jarak jauh melintas langsung di Stasiun Manggarai (foto: widikurniawan)
KA jarak jauh melintas langsung di Stasiun Manggarai (foto: widikurniawan)

SO7 sepertinya memang bakal diikuti SO-SO lanjutan lainnya, hingga Stasiun Manggarai kelak resmi selesai dan menyandang predikat stasiun sentral terbesar. Semoga kelemahan SO7 bakal menjadi bahan evaluasi agar stasiun ini bisa menjadi stasiun yang nyaman bagi penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun