Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Stasiun Sudirman Overload, Kok Bisa?

17 Oktober 2023   22:05 Diperbarui: 25 Oktober 2023   20:27 2245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Area sempit untuk menunggu KRL (foto by widikurniawan)

Sudah lebih dari sepuluh menit saya berdiri di peron jalur 2 Stasiun Sudirman. KRL Commuter Line ke arah Bekasi/Cikarang via Manggarai tak kunjung muncul.

Dalam hitungan beberapa menit, peron tersebut sudah terasa padat dipenuhi manusia. Wajarlah, saat itu kira-kira jam 18 lebih sekian menit, termasuk jam sibuk pulang kerja.

Namun, kali ini kepadatan penumpang tak menimbulkan kekacauan. Seperti yang sempat terekam dan viral di media sosial beberapa hari lalu. Saat peron jalur 2 sudah terlalu padat manusia sehingga banyak penumpang terhimpit dan membahayakan mereka yang berdiri di bibir peron.

Kepadatan penumpang menunggu KRL (foto by widikurniawan)
Kepadatan penumpang menunggu KRL (foto by widikurniawan)

Kali ini petugas sudah mengantisipasi dengan lebih sigap menahan penumpang dari lantai atas agar tidak segera turun ke peron. Penumpang di lantai concourse diminta berbaris menunggu penumpang di peron sebagian besar telah terangkut kereta. Situasi ini macam saat pandemi lalu agar tidak terjadi penumpukan penumpang.

Beberapa waktu belakangan, kepadatan penumpang di Stasiun Sudirman memang meningkat. Pihak KCI sendiri mengakui ada peningkatan jumlah penumpang.

Sejak dibukanya Stasiun LRT Jabodebek di Dukuh Atas yang terkoneksi dengan Stasiun KRL Sudirman, Stasiun MRT Dukuh Atas, Stasiun KA Bandara BNI City, serta halte transjakarta, kawasan Dukuh Atas memang kian ramai.

Tak hanya jumlah penumpang KRL yang meningkat, situasi di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas pun kian terasa ramai oleh penumpang. Sebagian besar penumpang MRT adalah juga penumpang KRL, dan sebagian juga penumpang LRT karena memang sudah terintegrasi.

Suasana di Stasiun MRT Dukuh Atas juga mengalami peningkatan penumpang (foto by widikurniawan)
Suasana di Stasiun MRT Dukuh Atas juga mengalami peningkatan penumpang (foto by widikurniawan)

Memang ketika berbagai moda transportasi publik menjadi terkoneksi, minat masyarakat untuk menggunakan transportasi publik pun jadi meningkat. Hal yang sebenarnya patut disyukuri, tetapi salah satu imbas yang mesti diperhatikan adalah soal membeludaknya penumpang KRL di Stasiun Sudirman khususnya di jam-jam sibuk. Konektivitas tak diimbangi kapasitas stasiun yang sudah lama terbangun.

Masalahnya, peron di Stasiun Sudirman terbilang sempit dan kurang nyaman. Teramat berisiko jika terjadi penumpukan penumpang. Terutama di sisi tangga eskalator maupun manual yang kerap dijadikan tempat menunggu, area ini terbilang sempit dan tidak ideal untuk bagi penumpang saat menanti kereta datang dan berebutan ketika naik.

Area sempit untuk menunggu KRL (foto by widikurniawan)
Area sempit untuk menunggu KRL (foto by widikurniawan)

Solusi sementara berupa aturan berbaris menunggu di lantai concourse mungkin saat ini bisa dilakukan. Tetapi akibatnya bagi penumpang bakal lebih lama lagi untuk bisa naik kereta.

Terlebih bagi mereka yang tujuannya ke Bogor dan harus turun di Stasiun Manggarai untuk transit. Pastinya perjuangan banget untuk naik dan turun kemudian naik KRL lagi.

Harus diakui, Stasiun Sudirman memang menjadi salah satu satu stasiun penting yang melayani kereta Commuter Line. Tak heran, mengingat letaknya sangat strategis, utamanya bagi para penumpang pekerja yang mencari nafkah di sekitar area Sudirman-Thamrin.

Ketika Stasiun Sudirman kini dikelilingi berbagai moda transportasi di kawasan transit Dukuh Atas, peningkatan jumlah penumpang sudah pasti tak terelakkan lagi. Ketika kawasan transit ini kian terintegrasi, masyarakat yang kemudian beralih menggunakan transportasi publik tentunya berharap kenyamanan dan kecepatan saat berpindah moda.

Namun, harapan bisa menjadi buyar ketika ternyata daya tampung Stasiun Sudirman tetap tak bertambah. Maunya cepat malah jadi tersendat.

Terlebih, sejak tiadanya jalur Bogor langsung via Sudirman dan Tanah Abang tanpa harus transit Manggarai, penumpang hanya mengandalkan rute KRL lintas Bekasi/Cikarang. Jika terjadi gangguan di lintas ini, praktis penumpang ke arah Bogor dari Sudirman bakal ikut kena imbas.

Masalah headway atau jarak waktu antar kereta juga belum ideal, karena masih kerap berjarak 10 menit lebih di saat jam sibuk. Alhasil penumpukan kembali terjadi. Untuk itulah perlunya ditambah feeder yang bolak-balik Manggarai-Duri via Sudirman guna mengurangi kepadatan.

Perjuangan menanti KRL (foto by widikurniawan)
Perjuangan menanti KRL (foto by widikurniawan)

Saat ini area Dukuh Atas memang tengah dalam proses penataan dalam rangka pengembangan kawasan berorientasi transit. Bahkan Jalan Blora di depan Stasiun Sudirman akan dialihfungsikan dari semula bisa dilewati kendaraan menjadi berfungsi utama bagi pejalan kaki yang berpindah antar moda.

Kian cantiknya kawasan transit Dukuh Atas boleh jadi tetap menyisakan problem soal daya tampung Stasiun Sudirman yang stagnan. Belum terdengar kabar apakah bersoleknya kawasan ini juga bakal diikuti perbaikan dan perluasan peron Stasiun Sudirman agar kapasitasnya bisa menyesuaikan dengan berkembangnya konektivitas antar moda.

Stasiun BNI City yang berada tak jauh di sisi barat Stasiun Sudirman, sejak difungsikan melayani KRL Commuter Line seharusnya berperan untuk bisa berbagi daya tampung penumpang.

Kawasan transit Dukuh Atas yang kian elok (foto by widikurniawan)
Kawasan transit Dukuh Atas yang kian elok (foto by widikurniawan)

Namun faktanya, sudah setahun lebih lebih menjadi tempat naik dan turun penumpang KRL, Stasiun BNI City masih belum menjadi alternatif favorit. Bahkan saat jam sibuk sore hari pun, saya kerap menemukan suasana sepi menjurus lengang ketika naik dari stasiun ini.

Apa sebabnya? Apa lagi kalau bukan kecenderungan orang malas berjalan kaki lebih jauh ke Stasiun BNI City jika stasiun yang lebih dekat tersedia.

PR yang cukup menantang bagi pengelola Commuter Line untuk bisa menaikkan minat penumpang agar mau menggunakan Stasiun BNI City supaya Stasiun Sudirman tak menjadi overload.

Kalau perlu, kedua stasiun berdekatan itu sebaiknya tukar peran saja. Stasiun BNI City yang lebih besar dan modern difungsikan khusus KRL, sedangkan Stasiun Sudirman digunakan khusus KA Bandara.

Ah, tetapi pasti yang demikian bakal diprotes banyak penumpang karena bakal lebih melelahkan mereka. Tapi, bukankah naik transportasi publik memang melelahkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun