Artinya, masyarakat Jakarta dan sekitarnya belum sepenuhnya mau dan rela beralih ke transportasi umum.
"Kayak orang susah aja naik kereta listrik," dan ucapan seperti ini masih terdengar.
Faktor gengsi dan gaya hidup, turut pula berperan pada keengganan sebagian orang beralih ke transportasi umum.
"Benahi dulu dong transportasi umumnya," dan ucapan seperti ini adalah kalimat andalan jika tidak mau terlihat "jijay" naik transportasi umum.
Ketika di Jakarta masih menyisakan PR, tentu demikian adanya di daerah lain. Tak perlu jauh bicara ke luar Jawa, bahkan di banyak daerah di Pulau Jawa pun masih perlu sentuhan di sektor transportasi.
Setidaknya tahun ini kita melihat progres luar biasa ketika kereta api pertama di Sulawesi telah beroperasi. KA jurusan Makassar--Parepare lintas Maros-Barru telah hadir sejak Maret 2023 lalu dan merupakan bagian dari pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi yang akan menghubungkan antarprovinsi di Sulawesi mulai dari selatan (Makassar) sampai ke Sulawesi Utara (Manado).
Semoga pembangunan kereta di Sulawesi tak hanya sebatas itu. Mengingat banyak daerah lain di Sulawesi yang butuh kehadiran moda kereta api.
Saya pernah beberapa tahun tinggal di Sulawesi Tenggara, dan mendapati bahwa di daerah ini transportasi umum penghubung antar kabupaten belumlah ideal, bahkan jauh dari kata ideal.
Jangankan ada bis AKAP semacam di Pulau Jawa, yang ada hanyalah kendaraan biasa, seperti Innova, Avanza, dan Xenia yang disulap sebagai kendaraan umum plat kuning dan mengangkut penumpang dengan formasi empat orang di belakang, empat di tengah dan dua di depan.
Kembali ke Pulau Jawa, setelah bertahun-tahun merantau ternyata detik ini saya masih kebingungan untuk mencari transportasi umum dari Yogyakarta ke Magelang atau bahkan lanjut ke Temanggung, di kampung halaman saya.
Bis AKAP sangatlah terbatas dan lelet. Pilihan kedua adalah naik kendaraan travel, tapi lagi-lagi jadwal keberangkatan terbatas dan tarif tentu lumayan mahal.