Selain arena bermain anak-anak, di CCM terdapat bioskop di lantai paling atas tetapi tak bisa diakses dengan lift, melainkan hanya eskalator. Ya, ini menjadi salah satu strategi pengelola mal agar pengunjung bioskop setidaknya matanya ikut terpapar dengan produk-produk yang dipajang oleh para tenant.
Bioskop menjadi andalan untuk menarik minat khususnya anak-anak muda. Terlebih saat film-film populer serta box office tengah tayang, bioskop di CCM menjadi salah satu yang diserbu pengunjung.
Jika diperhatikan, sebenarnya tenant berupa resto dan ritel di CCM ini kerap berganti. Dalam artian, ketika ada tenant yang penjualannya seret dan sepi pengunjung, pihak pengelola mal mampu mendatangkan brand penggantinya dengan cepat.
Nama-nama baru yang hadir biasanya juga nggak kaleng-kaleng karena merupakan brand yang tengah naik daun atau banyak muncul di media sosial.
Langkah ini mungkin berimbas pada pelanggan setia brand tertentu, tetapi jika memang faktanya sepi dan kurang peminat ya wajar jika diganti dengan brand baru.
Seperti halnya resto makanan nusantara yang sudah beberapa kali saya datangi karena menunya cocok di lidah saya. Eh, nggak tahunya awal tahun ini sudah berganti dengan resto brand lain.
Kreativitas dalam pengelolaan mal memang mutlak diperlukan. CCM adalah salah satu contoh bergesernya istilah yang semula dikenal dengan "pusat perbelanjaan" menjadi "pusat hiburan dan rekreasi" keluarga.
Tak jarang di akhir pekan, mal ini juga menjadi tempat meet and greet serta peluncuran film nasional dengan menghadirkan aktor dan aktrisnya.
Juga panggung-panggung hiburan musik, pencarian bakat sampai dengan kompetisi e-sports pernah hadir di sini.
Tatkala sebuah ritel supermarket besar di mal ini kini menyusutkan area tokonya karena kian sepi pembeli, rupanya datang tenant-tenant baru serta area hiburan yang mampu menyedot animo pengunjung.