Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ngeri-ngeri Sedap Melewati Perlintasan Kereta Api

19 Juli 2023   18:20 Diperbarui: 20 Juli 2023   03:15 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlintasan kereta di dekat Stasiun Citayam (foto by widikurniawan)

Sesaat setelah kereta melintas, palang pintu perlintasan kembali terangkat. Mobil di depan saya masih juga belum bergerak maju. Sedangkan belasan sepeda motor lainnya mencoba saling salip dan bersaing untuk segera melewati rel.

Butuh waktu lebih satu menit sebelum sepeda motor yang saya bawa menyentuh besi rel kereta. Tiba-tiba, sepeda motor di sebelah kanan saya roda depannya seolah terkunci. Pemotor itu oleng, hampir jatuh. Untungnya Pak Ogah yang mengatur lalu lalang kendaraan di situ sigap membantu pemotor tersebut.

Sedetik kemudian, sinyal tanda kereta bakal datang kembali berbunyi. Aura kepanikan pun terasa merebak. Untungnya dengan tetap menjaga fokus, saya pun bisa melewati rel dengan selamat.

Sementara Pak Ogah dan orang-orang di sekitar dengan sigap berupaya mengurai kemacetan yang masih tersisa di perlintasan. Tak butuh lama, perlintasan kembali clear dan kereta pun melintas dengan aman.

Perlintasan kereta dekat Stasiun Bojonggede, Kabupaten Bogor itu memang setiap hari selalu ramai dilintasi kendaraan. Sementara KRL yang melintas pun terbilang jalur paling ramai, Bogor-Jakarta Kota. Sehingga hampir 2-3 menit selalu ada kereta melintas, entah itu ke arah Bogor, maupun ke arah Jakarta Kota.

Tentunya ngeri-ngeri sedap ketika melewatinya.

Setali tiga uang dengan situasi perlintasan kereta yang tak jauh dari Stasiun Citayam. Bahkan hingga larut malam pun, perlintasan kereta Citayam masih ramai dan berimbas pada kemacetan yang mengular hingga depan pintu stasiun.

Hati-hati melewati perlintasan kereta (foto by widikurniawan)
Hati-hati melewati perlintasan kereta (foto by widikurniawan)

Perlintasan kereta sebidang memang wilayah paling rawan dan berisiko terjadinya kecelakaan. Beberapa kejadian belakangan ini bahkan terasa miris karena melibatkan kendaraan besar yang terhantam kereta karena mogok di perlintasan.

Selasa, 18/7/2023 malam, kereta api Brantas menabrak truk tronton di Semarang dan mengakibatkan ledakan serta kebakaran hebat. Dari berbagai pemberitaan, disebutkan bahwa truk tiba-tiba mogok dan upaya untuk mendorong truk tidak berhasil karena KA Brantas keburu mendekat dan menabrak.

Belum genap rasa kaget melihat berita dan video amatir tabrakan itu, kembali tersiar kabar kecelakaan kereta di Lampung di hari yang sama melibatkan KA Kuala Strabas yang menghantam truk bermuatan tebu yang berhenti di tengah jalur perlintasan tanpa palang pintu.

Menengok kembali insiden serupa, sebulan lalu sebuah angkot tertabrak KRL Commuter Line di jalur Depok-Citayam, tepatnya di perlintasan tak resmi Jalan Rawa Indah, Citayam. Disinyalir angkot yang usai disewa rombongan tersebut tidak bisa melintasi rel karena nyangkut akibat modifikasi ceper.

Bersabar menunggu saat kereta lewat (foto by widikurniawan)
Bersabar menunggu saat kereta lewat (foto by widikurniawan)

Ada apa kok belakangan sering terjadi kecelakaan di perlintasan kereta?

Sebenarnya hal itu ibarat menunggu waktu saja karena berbagai faktor problematik di kebanyakan perlintasan kereta api sebidang di Indonesia. Pertama, soal kedisiplinan pengguna kendaraan saat berada di perlintasan kereta.

Ketika sinyal tanda kereta akan melintas berbunyi dan pintu perlintasan bergerak turun, masih banyak pengendara yang masih mencoba nekat menerobos karena merasa kereta masih jauh.

Padahal jika sinyal berbunyi, pengendara wajib berhenti dan hal ini pun diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 

Bagaimanapun kereta memiliki haknya untuk menggunakan jalurnya, maka siapapun yang akan melewati perlintasan harus mendahulukan perjalanan kereta. Ketidaksabaran pengguna jalan inilah yang kerap menimbulkan masalah.  

Kondisi perlintasan kereta tidak resmi di daerah Bogor (foto by widikurniawan)
Kondisi perlintasan kereta tidak resmi di daerah Bogor (foto by widikurniawan)

Faktor selanjutnya adalah keberadaan perlintasan liar yang masih banyak. Perlintasan tidak resmi ini biasanya hanya memiliki peralatan seadanya untuk palang pintu, misal berupa bambu, atau bahkan tanpa palang pintu sama sekali.

Sudah begitu, penjaga perlintasan liar juga bukanlah petugas resmi yang dipekerjakan oleh PT KAI. Jadi meskipun banyak yang telah berjasa menjaga perlintasan tidak resmi, tetapi soal kompetensi dan tanggung jawab tidak ada yang menjamin.

Jika sampai ada kecelakaan di perlintasan tidak resmi, biasanya sesaat itu pula perlintasan akan ditutup. Tapi ketika keadaan sudah reda, biasanya pula akan muncul tuntutan warga setempat yang menginginkan kembali dibukanya perlintasan tidak resmi itu dengan alasan memperlancar transportasi dan bakal membantu kepentingan warga yang tinggal di sekitar perlintasan.

Ya, begitu problematiknya soal perlintasan kereta api di negeri ini. Tapi semoga dengan kejadian-kejadian belakangan ini setidaknya bisa mengingatkan masyarakat luas agar lebih hati-hati, melipatgandakan kesabaran dan meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun