"Hah? Toilet transparan? Kelihatan dong?"
Yups, toilet transparan atau smart glass toilet hadir menuai perhatian di Jakarta. Tepatnya berada di Jalan Jenderal Sudirman, berposisi di sisi barat Stasiun BNI City, Dukuh Atas.
Kata orang-orang sih, toilet tembus pandang ini mirip dengan toilet yang viral di Jepang. Ya, ya, kebetulan saya belum pernah ke Jepang, jadi cukup datang ke Dukuh Atas untuk menjajal toilet ini sudah lumayan untuk menuruti rasa penasaran.
Eh, tapi apakah jika seseorang menggunakan toilet ini berarti bakal kelihatan dari luar? Malu dong?
Jadi gini gaes, toilet ini memang pintunya terbuat dari kaca transparan sehingga orang-orang di luar bakal bisa melihat isi di dalam toilet seperti toilet duduk, wastafel dan seisinya. Tapi begitu Anda masuk ke dalamnya, dan mengunci pintu dari dalam, seketika itu pintunya bakal buram dan tak lagi tembus pandang.
Orang di luar pun hanya bisa melihat pintu kaca warna-warni oranye, merah, hijau, biru, dan ungu. Akttivitas pengguna toilet di dalam tak bakal kelihatan lagi.
Jadi hal paling penting dari toilet transparan ini adalah jangan sampai lupa mengunci pintu dari dalam. Kalau lupa atau sengaja lupa? Yah, sepertinya Anda memang agak lain.
Untuk menggunakan toilet kelas premium ini pengguna harus merogoh kocek 5 ribu rupiah per orang. Kata petugas yang saat itu saya temui, tidak boleh masuk lebih satu orang dalam satu bilik. Kecuali memang orang tua yang membawa anak kecil.
Pembayaran tersedia dengan cara tunai dan nontunai. Jadi tidak ada kotak kayu dengan lubang mirip celengan seperti lazimnya di toilet-toilet umum di Indonesia.
Jika ingin membayar secara tunai, siapkan selembar uang 5 ribu rupiah yang masih bagus, tidak kumal atau sobek lalu disambung dengan isolatip. Uang tersebut kemudian dimasukkan ke lubang yang tersedia di mesin tiket.
Sejurus kemudian akan keluar tiket atau struk dengan kode QR. Ambil tiketnya dan silakan scan di pintu elektronik untuk bisa masuk ke dalam area toilet.
Sedangkan untuk pembayaran nontunai, pengguna bisa memakai QRIS yang tersedia dari beberapa bank dan dompet digital. Cukup scan, pintu pun terbuka.
Nah, saat masuk di bilik toilet berukuran 2x2 meter, sebenarnya tak jauh beda dengan toilet pada umumnya. Menurut saya lho ya.
Bedanya hanya sensasi mengunci pintu dari dalam dan tiba-tiba pintu tak lagi transparan. Selain itu, ya sama saja sih.
Toilet duduk, wastafel cuci tangan dan muka, cermin, tisu, tempat sampah, serta shower untuk mandi. Hanya saja kalau mau mandi pastikan bawa peralatan mandi sendiri seperti handuk dan sabun. Ini bukan kamar hotel yang sudah tersedia sabun, shampo hingga handuk.
Saat saya mencoba toilet tersebut, aroma di dalam toilet bahkan tidak sewangi toilet-toilet di mal atau di bandara. Padahal bayarnya lumayan juga loh.
Pewangi ruangan toilet sepertinya memakai timer dengan selang waktu yang lama. Ya kali biar irit karena memang terlihat masih jarang orang yang menggunakan toilet ini.
Secara keseluruhan toilet ini memang lebih pas untuk sekedar seru-seruan saja. Mencoba hal-hal yang baru bagi yang belum pernah.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang mendadak ingin buang air kecil atau besar, sepertinya belum sampai ke sana. Terlebih di area Dukuh Atas itu lebih banyak orang seliweran karena berpindah moda transportasi KRL, KA Bandara, bus transjakarta, LRT, hingga MRT Jakarta.
Tentu kalau sudah kebelet ya pilihannya menggunakan toilet di dalam stasiun saja. Gratis dan selalu wangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H