Musim liburan anak sekolah saat ini turut membuat transportasi publik semacam KRL Commuter Line, bus transjakarta hingga MRT Jakarta dipenuhi penumpang keluarga yang membawa anak-anak kecil. Mereka melakukan perjalanan dalam rangka wisata, saling mengunjungi sanak saudara, hingga sekedar jalan-jalan saja mengisi waktu luang.
Berbeda dengan jenis penumpang rutin pekerja kantoran yang relatif bisa tertib ketika berada di transportasi publik, penumpang keluarga yang kerap disebut sebagai penumpang musiman terkadang kurang bisa menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama dalam moda transportasi.
Anak-anak rewel, menangis, hingga tak mau diatur adalah pemandangan yang kerap terjadi. Mungkin menjadi hal biasa bagi sebagian orang, memaklumi bahwa mereka hanyalah anak-anak biasa, dengan kalimat pemakluman "namanya juga anak-anak".
Well, selama bertahun-tahun menggunakan transportasi publik, keberadaan anak-anak kecil dengan segala polahnya di kereta dan bus, atau bahkan di pesawat sekalipun, tak pernah terlalu merisaukan saya. Bahkan bayi nangis di hampir sepanjang perjalanan pun masih bisa saya maklumi melihat situasi dan kondisinya.
Sebagai sesama orangtua, saya bisa merasakan bagaimana repotnya orang tua ketika membawa anak kecil, terutama bayi yang rentan menangis. Jika naik KRL, sebaiknya orangtua turun sejenak di stasiun terdekat agar bayi bisa ditenangkan karena bisa saja dia merasa gerah atau tidak nyaman saat berada di dalam kereta.
Namun, berbeda ketika anak-anak yang lebih besar, kira-kira sudah sekolah di SD berulah dengan sengaja di dalam kereta, seperti yang saya lihat Minggu (2/7/2023) sore.
Dua orang anak yang berusia sebaya, kira-kira berumur 7 atau 8 tahun, terlihat terlalu "bersemangat" bercanda dan bermain di dalam KRL yang kebetulan tidak terlalu penuh.
Saking "semangatnya" bahkan kedua anak tersebut silih berganti bergelantungan menggunakan besi penyangga pegangan tangan. Jadi, saat KRL melaju, anak-anak tersebut seolah-olah berperan bak pesenam olimpiade sambil tertawa cekakak-cekikik.
Orang-orang memandang ke arah mereka, dan mungkin saja ada yang bergumam dalam hati dengan kalimat sakti "ah namanya juga anak-anak".